Oleh Paulus Laratmase


KETEGANGAN pengembangan Blok Masela mengenai posisi kilang LNG, dibangun di darat atau skema floating (terapung), sudah berlalu. Pemerintah memutuskan lokasinya di darat.

Sehingga kalau sekarang ditanya, “Ada Apa Dengan Masela?” Maka masyarakat Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku, dengan semangat menjawab, “ada harapan, pekerjaan, dan kesejahteraan”

Tiga kata; harapan, pekerjaan dan kesejahteraan itulah sekarang seperti nyata di depan mata, terutama bagi masyarakat Pulau Nustual, Pulau Masela, Pulau Babar dan pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Yamdena di Laut Arafura, setelah hari Rabu (9/4/2025) dilakukan peluncuran desain teknis OLNG Masela di Jakarta.

Proyek Lapangan Gas Abadi, Blok Masela, yang diperkirakan membutuhkan biaya hingga US$ 20,9 miliar atau sekitar Rp355 triliun (asumsi kurs Rp17.000 per US$) ini ditargetkan bisa beroperasi pada 2029.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Djoko Siswanto kepada media menegaskan kembali komitmen SKK Migas untuk mempercepat proyek ini menuju target utama on stream (beroperasi) pada tahun 2029,” jelasnya.

Djoko mengatakan peluncuran desain teknis OLNG Masela bisa mempererat kolaborasi antara Inpex dengan mitranya yakni Pertamina dan Petronas dalam mendorong progres pengembangan Blok Masela. “Keputusan akhir investasi (Final Investment Decision/ FID) proyek ini ditargetkan dilakukan pada tahun depan,” tambahnya.

Senada, President and CEO Inpex Corporation mengatakan, pihaknya mendorong progres proyek Masela agar bisa meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan energi di Indonesia. “Hari ini, dengan bangga kami umumkan dimulainya Inisiasi FEED Onshore LNG untuk Proyek LNG Abadi,” ujar Takayuki Ueda.

Kisah yang tak terlupa

Kontrak kerja sama Blok Masela ditandatangani pada 16 November 1998 di era Habibie dan mendapat persetujuan PoD I pada 6 Desember 2010 di masa pemerintahan Presiden SBY.

Cadangan gas raksasa Blok Masela secara resmi ditemukan tahun 2000. Setelah Inpex Masela Ltd mengebor sumur eksplorasi pertama yaitu sumur Abadi-1.

Kisah Blok Masela adalah cerita tak terlupa. Diawali Era Habibie, dieksekusi di era presiden Prabowo Subianto.

Inpex Masela Ltd sendiri merupakan pemegang hak partisipasi (Participating Interest/ PI) terbesar di Blok Masela yakni mencapai 65 perse. Sebelumnya, Inpex ditemani Shell Upstream Overseas Services dengan saham 35 persen. Sayang, Shell kemudian memutuskan hengkang.

Akhirnya 35 persen saham Shell tersebut sejak Juli 2023 lalu telah diambil oleh PT Pertamina Hulu Energi melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Energi Masela (PHE Masela) sebesar 20 persen dan Petronas 15 persen.

Perjanjian jual beli hak partisipasi dari Shell ke Pertamina dan Petronas ini ditandatangani pada 25 Juli 2023 dan mendapat persetujuan Menteri ESDM, pada 4 Oktober 2023.

Lapangan Abadi di Blok Masela adalah lapangan gas laut dalam, dengan cadangan gas terbesar di Indonesia yang terletak sekitar 160 kilometer lepas pantai Pulau Yamdena di Laut Arafura dengan kedalaman laut 400-800 meter. Potensi gas dari Lapangan Abadi ini diperkirakan 6,97 triliun kaki kubik (TCF) gas.

Masela, Tanimbar, Saumlaki adalah bintang-bintang Timur yang terang. Potensi sumberdaya alamnya, seperti cahaya yang akan menerangi Indonesia 2045.

Di tengah lanskap teknologi migas mondial, kearifan lokal dan tenaga-tenaga lokal adalah mitra strategis yang tak boleh dipinggirkan (no one left behind).

(Bersambung)




 
Top