Rosadi Jamani

- Ketua Satupena Kalbar


JANGANKAN lawan, kawannya saja dimusuhi Donald Trump. Uni Eropa kurang apa akrabnya, tetap dijadikan seteru. Musuhnya kian bertambah. Ternyata, di dalam negeri, rakyatnya justru mulai memusuhi presidennya sendiri. Lahirlah gerakan 50501. Sambil menunggu Megawati Hangestri Pertiwi tanding pukul 12.00 siang ini, yok kita cari tahu gerakan 50501 yang ingin menurunkan si rambut jagung itu.

Ada satu hal yang kini disepakati hampir seluruh rakyat Amerika Serikat, mulai dari liberal New York sampai cowboy Texas, Donald Trump adalah like a bad sequel yang tak mau selesai. Ibarat film horor murahan, dia muncul lagi di periode kedua. Kali ini dengan level kegilaan yang naik tiga kali lipat, dan plot twist Elon Musk kini jadi sidekick utamanya.

Lalu lahirlah Gerakan 5050, maksudnya 50 protes, di 50 negara bagian, dalam 1 suara. Simpel. Efektif. Sangat mematikan, setidaknya untuk urat sabar.

Semua ini bermula dari satu postingan di Reddit, ditulis oleh seorang user bernama “u/FederalFrustration420” yang sedang frustasi karena harga roti naik dan TikTok diblokir. Ia menulis, “Gimana kalau kita demo bareng-bareng? Serentak. Di semua negara bagian. Biar Trump kejang-kejang.”

Komentar itu viral. Dua hari kemudian, Amerika meledak. Bukan oleh senjata, tapi oleh meme, spanduk, dan teriakan “We’re Done!” yang menggema dari Washington DC sampai Hawaii.

Para demonstran bukan cuma turun ke jalan. Mereka merayakan amarah. Ini bukan demo. Ini festival kemuakan. Seorang pria di Ohio membakar jaket Maga sambil menyanyi lagu Adele. Di Texas, sekelompok pensiunan membuat flash mob “YMCA Anti-Trump Edition.” Bahkan di Alaska, beruang pun terlihat kecewa.

Trump? Dia menanggapinya seperti biasa, dengan konferensi pers yang lebih mirip stand-up comedy dengan efek suara Fox News. “50501 adalah ulah alien dari Kanada dan liberal TikTok. Mereka anti-Amerika. Anti saya. Anti sukses!”katanya, sambil menggigit burger seperti patriot sejati.

Lalu muncullah nama Elon Musk. Dulunya dikenal sebagai bapak mobil listrik. Kini dikenal sebagai otak kebijakan nasional paling absurd sejak zaman Perang Sipil. Elon, sekarang menjabat sebagai Penasihat Senior Urusan Apa pun, telah mendorong kebijakan seperti “bayar pajak dengan Dogecoin” dan “ganti bendera Amerika jadi logo X.”

Banyak yang yakin Elon-lah mastermind sesungguhnya. Bahwa Trump hanyalah boneka, dan Musk adalah dalangnya, duduk di atas kursi gaming, mengendalikan negara dengan satu tangan sambil membuat polling Twitter soal apakah kita harus pindah ke Mars minggu depan.

Karena sekali impeachment tak cukup, muncullah kampanye “Impeach Trump Again.” Diluncurkan di hari pelantikan, kampanye ini langsung mengumpulkan 250.000 tanda tangan dalam 24 jam. Tagar #ImpeachAgain trending, mengalahkan video Lisa Mariana.

Alasannya? Mulai dari pengampunan terhadap penyerbu Capitol, upaya mencabut kewarganegaraan karena “kurang patriotik,” sampai dugaan penyalahgunaan kekuasaan untuk… balas dendam ke mantan. Bahkan ada rumor bahwa Trump ingin mengganti seluruh sistem hukum dengan “trial by meme.”

Kongres pun panas. Demokrat bersorak, Republik saling tuduh. Sementara rakyat hanya ingin satu hal, ketenangan dan kupon diskon gas.

Tapi gerakan ini lebih dari sekadar protes. Ia adalah pertunjukan. Sebuah epos rakyat modern. Seorang nenek di Seattle menolak pensiun hanya demi ikut demo. Seorang bocah di Florida menyumbang 5 dolar dari tabungan ulang tahunnya demi beli cat semprot untuk coret-coret “Down with Donald” di dinding garasi ayahnya.

Di tengah semua ini, Elon Musk dilaporkan sedang mengembangkan Neuralink versi baru yang bisa membuatmu “lupa bahwa Trump pernah jadi presiden.” Banyak yang tertarik. Apakah Trump akan lengser? Apakah Elon akan mengubah Gedung Putih jadi markas SpaceX? Apakah 50501 akan dicatat sejarah sebagai revolusi digital pertama yang dimulai dari Reddit?

Kita belum tahu. Tapi satu hal jelas, kopi liberika tanpa gula pun habis. Amerika belum pernah segila ini. (*)


#camanewak





 
Top