DENPASAR -- Anggota Komisi IX DPR RI, Arzeti Bilbina, menyuarakan keprihatinan mendalam atas dugaan kasus kekerasan seksual yang dilakukan seorang dokter spesialis anestesi di rumah sakit pemerintah terkemuka di Bandung.
Ia menilai kasus ini mencoreng integritas dunia medis dan mengguncang kepercayaan publik terhadap layanan kesehatan.
Saat mengikuti Kunjungan Kerja Komisi IX DPR RI ke Provinsi Bali pada Senin (14/4/2025), Arzeti menegaskan kondisi pasien yang kritis seharusnya menjadi momentum bagi tenaga medis untuk menunjukkan profesionalisme, bukan justru dimanfaatkan untuk melakukan tindakan yang merendahkan kemanusiaan.
“Dalam situasi genting, keluarga pasti akan mencari rumah sakit terbaik—yang sudah terbukti kualitas dokter dan pelayanannya. Namun ironis, justru dalam kondisi inilah ada oknum yang menyalahgunakan wewenangnya,” kata politikus Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini.
Menurut Arzeti, menyebut pelaku sebagai “oknum” tak bisa dilakukan sembarangan. Sebab, setiap dokter, apalagi spesialis anestesi, telah melalui tahapan seleksi ketat dan proses pendidikan yang panjang.
Mereka diberi kepercayaan besar, termasuk akses terhadap obat-obatan dan ruang anestesi yang sangat vital.
“Ini bukan profesi biasa. Seorang dokter anestesi memegang tanggung jawab besar. Kalau sampai terjadi penyalahgunaan, maka yang salah bukan hanya individunya, tetapi juga sistem pengawasannya,” ujar Arzeki.
Ia pun mendesak rumah sakit, terutama yang berstatus besar dan rujukan, untuk tidak lepas tangan.
Perketat Pengawasan Terhadap Tenaga Medis
Menurutnya, pengawasan terhadap tenaga medis harus diperketat agar kejadian serupa tidak terulang. Terlebih, kasus seperti ini bisa menimbulkan trauma berkepanjangan bagi pasien dan keluarga.
“Bayangkan, alih-alih sembuh, pasien dan keluarganya justru terbebani secara psikologis. Ini sangat meresahkan masyarakat,” jelas Arzeti.
“Sistem pengawasan rumah sakit harus diperbaiki, dan regulasi dari sisi pendidikan hingga praktik kedokteran harus diperkuat,” ungkap legislator dari Dapil Jatim I itu.
Arzeti juga mendorong pemerintah untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem seleksi dokter spesialis.
Pentingnya Tekankan Tes Kejiwaaan dan Etika Profesi
Ia menekankan pentingnya menambahkan tes kejiwaan dan etika profesi dalam proses tersebut agar hanya tenaga medis yang benar-benar berintegritas yang bisa menjalani peran penting di ruang-ruang kritis rumah sakit.
“Kita butuh efek jera dan penyaringan yang lebih ketat. Ini bukan sekadar profesi, tapi amanah besar terhadap nyawa manusia,” pungkasnya.
#sgc/bin