Oleh ReO Fiksiwan
“Mitos merupakan ilmu pengetahuan awal, hasil dari upaya pertama manusia dalam menjelaskan apa yang mereka lihat di sekitar mereka.” — Edith Hamilton (1867-1963), Mythology (1942; 2011).
EDITH HAMILTON, penulis paling mumpuni ihwal mitologi Yunani, di bukunya Mitologi, hendak melukiskan salah satu karakter dewa, Hercules, sebagai sebagai sosok yang kuat dan berani. Namun, kerap memiliki kelemahan dan sering melakukan kesalahan.
Satu-satunya kekuatan konsisten Hercules, “membersihkan kandang kuda Augeas dan membunuh Nemean Lion.”
Akan hal kaitan tokoh semi-mitos, Hercules yang satu ini, menghadirkan semiotik kepahlawanan paradoks yang mengancam (φόβος; fear) sekaligus “disayangkan” (έλεος; mercy).
Alkisah, Hercules perlu diminta datang ke astinapura-pura untuk menyokong kebohongan ijazah palsu — a pack of lies, meminjam istilah sosiolog J.A. Barnes — dari seorang bekas dewa despot yang punya “minima moralia” rendah dan akut.
Sementara, dalam mitologi Yunani, Hercules dikenal sebagai pahlawan yang memiliki kekuatan luar biasa dan keberanian yang tak tergoyahkan.
Namun, apa jadinya Hercules, ternyata punya ijazah palsu? Apakah kekuatan dan keberaniannya yang legendaris, masih cukup untuk mengalahkan monster — di dalam dan di luar dirinya — agar menyelesaikan tugas-tugas yang sulit?
Sebagai metafora, ijazah palsu ibarat sebuah “senjata”, koryne (gada), yang tidak sepadan dengan kekuatan dan keberanian Hercules.
Meskipun Hercules memiliki kekuatan fisik yang luar biasa, ijazah palsu yang dipunyai atau dibelanya, justru dapat merusak reputasi dan kredibilitasnya.
Dalam konteks ini, ijazah palsu dapat diartikan sebagai sebuah bentuk kecurangan yang dapat merusak kepercayaan dan integritas dirinya atau yang hendak dibelanya.
Jika benar Hercules punya ijazah palsu, konsekuensinya tentu sangat berat. Ia mungkin akan kehilangan kepercayaan dari orang-orang yang telah memberinya tugas dan tanggung jawab.
Selain itu, ia juga mungkin akan kehilangan kesempatan untuk menggunakan kekuatannya untuk kebaikan lainnya timbang menyimpan terus kebohongannya. Berlarut-larut, entah sampai kapan?
Sebagai salah satu sumber inspirasi yang kaya untuk memahami konsep kekuatan dan keberanian, mitologi Yunani mengedepankan prinsip-prinsip keutamaan hidup: Arete (αρετή); kebajikan (virtue) dan Eudaimonia (ευδαιμονία); kebahagiaan (bliss).
Searah konteks etika dan integritas, ijazah palsu Hercules dapat dimaknai sebagai sebuah bentuk kecurangan dan keculasan yang dapat merusak kepercayaan dan integritas dirinya, tentu.
Akhirnya, ijazah palsu Hercules ibarat sebuah analogi yang menarik untuk memahami konsep kekuatan dan keberanian dalam konteks etika dan integritas.
Meskipun Hercules memiliki kekuatan luar biasa dan kokoh, ijazah palsu dapat merusak reputasi dan kredibilitasnya.
Oleh karena itu, sangat penting untuk mempertahankan etika dan integritas dalam kehidupan sehari-hari. Tentu, bagi Hercules dan sang despot yang hendak dibelanya. (*)