Puisi Warsit MR
Burung Beo sore itu nampak kesal
Karna sudah puluhan tahun terkurung dalam sangkar
Dia terdiam seribu bahasa
Biasanya setiap sore tuannya datang menyambut dengan sapaan
Tapi sore itu tidak
Setiap disapa dengan siulan memalingkan muka
Sang tuan bergeming tak mengerti maksud si burung Beo
Keesokan harinya Sang tuan mendekatinya
Ingin tahu keinginan burung kelangenannya
Berbisik menyapa
Ada apa kau tak seperti biasanya?
Kau yang biasa cerah ceria tetiba membuang muka?
Diam membisu seribu bahasa
Si Beo berkata
Hatiku pedih, perih, terasa tersiksa
Menyaksikan puluhan ribu saudaraku terlunta-lunta
Tetesan air mata mereka mengalir deras bagai sungai gangga
Meratapi kepedihan kena PHK
Harapan mereka seakan sirna
Hari raya di depan mata berubah jadi bencana
Galau memikirkan anak isterinya
Hatiku miris tak tega melihatnya
Kenapa PHK diberlakukan di saat bulan puasa
Seakan tak mau tahu penderitaan saudaraku (*)
Semarang, 1 Maret 2025
Burung beo mulai bicara