Penulis: Rosadi Jamani *)


ADA follower saya yang DM. “Bang, tolong angkat PT. Paragon, dong!” Awalnya saya tak tahu perusahaan itu. Ternyata produsen komestik Wardah. Saya kan bukan mak-mak komplek yang suka membuat wajahnya glowing. Namun, setelah saya riset, ada hal menarik. Ternyata, Paragon Corp, perusahaan lokal, mampu bertahan di tengah badai PHK. Menarik ya, wak. Yok kita bahas sambil seruput kopi liberika, jangan pakai gula.

Indonesia sedang gemetar. Bukan karena gempa, bukan karena tsunami, tapi karena gelombang PHK yang lebih dahsyat dari apapun. Ribuan buruh kini terdampar di lautan pengangguran. PT Sritex tumbang. 10.000 karyawannya kehilangan pekerjaan dalam semalam. Itu baru satu perusahaan. Yang lain? Tak terhitung. 

Dalam catatan saya, udah ada 22.639 buruh yang kini berstatus ‘job seeker tanpa harapan’. Semua ini terjadi menjelang Ramadan dan Lebaran. Sungguh ironi kelas atas.

Tabungan tipis, harga kebutuhan melambung tinggi. Seperti memainkan level tertinggi dalam game survival, tapi kali ini tanpa cheat. Selamat datang di realitas!

Tapi di tengah badai ini, ada satu perusahaan yang justru melawan hukum gravitasi ekonomi. Saat yang lain terjun bebas, mereka malah naik level. Perusahaan apakah itu? Mari kita kenalan dengan sang legenda, “PT Paragon Corp.”

Saat perusahaan lain berteriak “Krisis!”, Paragon justru berpesta. Gathering besar-besaran. Bukan di ruang meeting yang sempit, bukan di taman kantor yang dipaksa jadi tempat piknik, tapi di Malaysia! Ya, Malaysia, negeri sebelah kita! Lebih dari 1.200 karyawan diterbangkan dengan misi suci, merayakan kebersamaan dan merasakan nikmatnya kerja keras tanpa ancaman PHK.

Acara ini bukan hanya soal jalan-jalan. Temanya pun gahar, “Berani Seberani Itu: Breaking Barriers, New Thinking, Go Global”. Sebuah pesan halus kepada perusahaan lain, “Kalian takut? Kami tidak.”

Momen mengharukan terjadi ketika CEO dan para petinggi perusahaan naik ke panggung. Bukan untuk mengumumkan pemotongan gaji atau PHK massal, tapi untuk mengucapkan terima kasih.

Tangis haru pecah di antara karyawan. Mereka menangis bukan karena sedih, tapi karena terkejut. Ternyata, masih ada perusahaan yang peduli. Sebuah fenomena langka di era kapitalisme brutal ini.

Di balik Paragon, berdiri sosok Nurhayati Subakat. Jangan bayangkan ia lahir dari keluarga konglomerat dengan sendok emas di mulut. Bukan. Ia memulai segalanya dari “nol”. Seorang apoteker yang banting setir ke bisnis kosmetik. Kini? Ibu asal Padang ini bukan hanya sukses, tapi membawa revolusi di industri kosmetik halal.

Produk-produknya? Wardah, Make Over, Emina, Kahf, dan Crystallure. Dari ibu-ibu pengajian, anak kuliahan, hingga para beauty enthusiast, semua memakai produknya.

Saat yang lain kolaps, Paragon justru meroket. Kenapa? Karena mereka paham cara bertahan. Mereka bukan sekadar bisnis, mereka membangun komunitas. Karyawan bukan cuma pekerja, mereka “Paragonians” sebuah pasukan yang tidak hanya mencari nafkah, tapi juga membangun mimpi. Saat perusahaan lain sibuk mencari alasan untuk PHK, Paragon sibuk mencari cara untuk berkembang, dan mereka berhasil.

Mungkin, sudah saatnya perusahaan lain belajar dari mereka. Jangan cuma pasang slogan “karyawan adalah aset” kalau nyatanya mereka hanya angka di laporan keuangan.

Bagi yang masih bertahan di dunia kerja, belajarlah dari Paragon. Bagi yang sudah tumbang, bangkitlah! Bagi kita semua? Mari lebih kritis. Karena di tengah badai, selalu ada yang memilih bertahan dan menari di atas ombak!

Sebuah pertanyaan yang perlu diriset oleh mahasiswa saya nanti, “Strategi Bisnis PT Paragon Corp dalam Meningkatkan Kepercayaan Konsumen dan Fenomena ‘Ibu-Ibu Glowing’ di Indonesia”. (*)


#camanewak


*) Ketua Satupena Kalbar 



 
Top