Penulis: Mila Muzakkar
Puisi Esai ini mengangkat kisah perempuan yang mengalami depresi hingga bunuh diri karena menjadi korban pinjaman online/pinjol –
-0-
Malam itu, lampu kamarnya redup,
seredup harapannya menjemput hari esok.
Bola matanya tak beranjak dari layar ponselnya,
Di sana terpampang jelas angka Rp. 15.000.000
Jemari-jemarinya bergetar, nafasnya sesak.
Nita, perempuan berusia tiga puluh tahun, terus memandangi ponselnya.
Ia tak merasa berhutang, namun kini tagihan datang padanya.
“Sayang, maafkan Abang. Bulan lalu, Abang pinjam uang Rp. 15.000.000 di aplikasi pinjol. Kamu bantu cariin uang untuk bayar utang ini, ya!” Ia membuka kembali pesan Whatsapp dari Sultan, suaminya.
Di balik jendela kamar, ia menatap langit hitam,
daun-daun kering beterbangan tertiup angin kencang.
Suaminya, tak kunjung pulang,
Ia ingin segera menanyakan perihal utang yang tak diketahuinya.
Malam itu, Nita tak bisa tidur.
-0-
Esoknya, lelaki yang ia nantikan baru menampakkan batang hidungnya.
Aroma khas tuak tercium dari mulutnya,
matanya merah, tubuhnya sempoyongan.
“Abang habis minum ya?” dengan kelembutannya, sang istri memapah suaminya duduk di kursi rotan.
Matanya sepat, laki-laki itu, menggenggam tangan istrinya.
“Maafkan Abang ya, dek,” suaranya bergetar. “Abang ikut judi online untuk kamu dan anak-anak. Tapi Abang kalah.”
Nita melepas genggaman tangan suaminya, “Ya Tuhan, Abang kenapa main judi sih? Abang narik ojol tiap hari aja, kita sudah bisa makan.”
Lelaki itu meraih lagi tangan istrinya, wajahnya memelas, “sekarang Abang nggak bisa narik lagi. Motornya ditarik sama kantor. Bantu Abang ya cari pinjaman.”
Langit seperti runtuh tepat di hadapan perempuan itu.
Hatinya kembali redup,
suaminya yang dulu adalah tumpuan,
Kini menghadiahinya dengan tumpukan beban hutang.
-0-
Hari-hari, ia mendengar ketukan pintu,
para penagih datang dengan lembaran kertas utang.
Nita harus menghadapinya, menanggungnya bersama kedua anak kecilnya.
Sementara suaminya, melepas beban di udara.
Di dapur, hanya tersisa seliter beras dan dua butir telur.
Token listrik pun sekarat.
Perempuan itu membisu, tak berdaya,
sejak kecil ia dididik hanya mengurus dapur, sumur, dan kasur.
Sebab akan ada laki-laki yang mengurusnya, menyiapkan semua kebutuhannya, katanya.
Nyanyian-nyanyian burung itu kini terbang menguap di udara,
Ia hanya mitos-mitos belaka yang terus diwariskan.
Nyatanya, perempuan itu harus berpijak di kakinya sendiri,
menatap dunia yang penuh tuntutan budaya patriarki.
-0-
Nita menggenggam ponselnya,
menenggalamkan diri, berharap melupakan masalahnya sejenak.
Di sana, ia temukan dunia yang menjanjikan,
janji kebebasan, kemenangan, dalam hitungan detik.
Aneka iklan pinjol berkejar-kejaran.
“Mungkin ini solusinya, pinjol,” batinnya.
Jemari-jemarinya mulai mengembara,
menggengam janji-janji surga.
Tombol-tombol angka ia pencet, dua ratus ribu, lima ratus ribu, hingga jutaan.
Janji itu terpenuhi, ia temukan solusi,
nafasnya tersambung dari bantuan pinjol.
Ia, suami, dan anak-anaknya bisa menyantap hidangan di meja.
Berhari-hari perempuan itu menghabiskan waktu di layar ponselnya,
Jari-jarinya terus menari di lembah aplikasi pinjol.
Tali harapan hidup ia gantungkan di sana,
tanpa ia sadari, angka-angka pinjamannya berlipat ganda.
-0-
Matahari mulai mengintip,
sinarnya membawa janji kebahagiaan.
Namun sebelum siang tiba, langit berubah kelam, menghapus semua harapan yang baru terbit.
Ketukan pintu kembali berulang,
kali ini lebih keras, lebih kejam.
para penagih datang membawa lembaran bukti utang.
Teriakan tetangga mendengung keras,
ancaman nyawa dari algojo-algojo pemilik aplikasi pinjol menderu kencang.
Ia berusaha tenang,
namun kecaman dan ancaman yang datang lebih tajam dari pisau belati.
Pertahanannya jebol, perempuan itu menyerah.
Di luar, hujan begitu deras,
sederas air mata Sultan dan kedua anaknya.
Di antara panci dan beras,
perempuan yang sehari-hari mengurus dapur, sumur, dan kasur, kini terbujur kaku.
Di tangannya, tampak sebotol racun tikus.
Nita, tak lagi perlu menghadapi para penagih-penagih itu.
Buaian aplikasi pinjol memaksanya mengambil jalan pembebasan yang tak seharusnya ia pilih.(*)
Depok, 12 Februari 2025
Catatan
(1) Berdasarkan data OJK, dari jumlah outstanding pinjaman perseorangan per September 2023, 50% lebih pelaku pinjol adalah perempuan.
(2) https://regional.kompas.com/read/2023/02/15/062234378/terlilit-pinjol-perempuan-di-kabupaten-bogor-bunuh-diri?page=all
(3) https://www.metrotvnews.com/read/kj2Cn3x3-1-keluarga-bunuh-diri-diduga-akibat-terlilit-pinjol-ini-respons-menteri-pppa
@hatipena