Ririe Aiko

PERFILMAN horor Indonesia sedang memasuki era keemasannya. Hampir setiap bulan ada saja film horor baru yang tayang dan anehnya, masyarakat kita tetap antusias menontonnya. Dari sekian banyak judul yang beredar, dua yang paling menarik perhatian saya adalah Pengantin Setan dan Pengantin Iblis. Bukan karena saya hobi riset dunia mistis, tapi karena saya penasaran: kok bisa ya, tema kawin-mawin sama Dedemit ini laku keras?

Serius, ini kita lagi bahas film horor atau tren pergaulan zaman sekarang? Dari judulnya saja, kesannya seolah-olah ada fenomena masal: manusia selingkuh sama makhluk gaib. Pertanyaannya, apakah di dunia ini sudah tidak ada laki-laki normal yang layak dinikahi sampai-sampai orang kepikiran jadi pasangan makhluk dunia lain?

Mari kita bedah sedikit. Pengantin Iblis bercerita tentang seorang istri yang terpaksa membuat perjanjian dengan iblis demi menyelamatkan anaknya yang sakit. Kondisi ekonomi yang menghimpit, biaya pengobatan yang mencekik, membuatnya tak punya pilihan selain menerima “lamaran” dari entitas gelap. Konon, film ini diangkat dari kisah nyata yang sempat viral.

Tunggu sebentar. Kisah nyata?

Sampai di sini, rasa penasaran saya bergeser menjadi rasa prihatin. Apakah benar kehidupan di negeri ini sudah sedemikian sulitnya sampai-sampai dua opsi paling masuk akal bagi masyarakat kita saat kepepet adalah lari ke pinjol, atau bikin perjanjian dengan setan?

Jika benar begitu, maka ini bukan lagi film horor, tapi dokumenter kemiskinan.

Horor Sesungguhnya: Ekonomi yang Membuat Orang Terpaksa Melakukan Apa Saja

Dibandingkan jump scare hantu di bioskop, horor yang lebih nyata adalah ketika seseorang tidak punya cukup uang untuk makan, berobat, atau sekadar bertahan hidup. Statistik kemiskinan di Indonesia memang mengalami pasang surut, tapi jika kita masih sering mendengar kisah orang-orang yang rela melakukan apa saja demi bertahan hidup termasuk menyerahkan dirinya ke entitas mistis, maka ada sesuatu yang perlu direnungkan.

Tentu saja, saya tidak bermaksud menyepelekan genre horor. Film-film seperti ini memang menghibur dan memiliki pasar yang besar. Namun, ketika cerita yang diangkat adalah refleksi dari kondisi sosial yang menyedihkan, kita harus bertanya: apakah kita sedang menonton film, atau sedang melihat realitas yang ditutupi dengan efek suara menyeramkan?

Fenomena Pengantin Setan dan Pengantin Iblis ini bisa kita lihat dari dua sudut pandang. Dari sisi industri film, ini membuktikan bahwa tema mistis masih memiliki daya tarik yang kuat. Dari sisi sosial, ini bisa menjadi kritik tajam terhadap ketimpangan ekonomi yang membuat orang sampai berpikir untuk “menjual diri” ke dunia lain.

Mungkin sudah saatnya kita membuat film horor dengan plot twist berbeda: Pengantin Investasi, kisah seorang warga yang bukannya menikah dengan iblis, tapi malah menikah dengan kebebasan finansial.

Tapi ya, kalau yang ditunggu-tunggu tiap bulan tetap film soal kawin sama setan, kemungkinan nanti akan ada judul sekuel baru “Istri Keduaku Kuntilanak.” Judul ini tak hanya bisa menjadi sebuah Film, tapi bisa juga menjadi alternatif, bagi para suami yang ingin berpoligami tanpa diketahui para istri. (*)

@hatipena




 
Top