Puisi Annisa Mutia
di sini
tak ada luka tersembunyi
hanya saja mata tak lagi awas
hati tak lagi peka
berjarak
hingga mesti teriak
di sini
hanya amarah tak terkendali
namun tak mampu dikenali
menepi susuri sepi
larung dalam sungai air mata
tapi tak jua terbaca
sembab dan murung sahaja
lalu bicara sendiri
meracau pada dinding
merutuk pada langit
mengutuk diri sendiri
di keramaian perdebatan bathin
riuh
sekaligus sunyi
adakah
oh adakah yang kau panggil teman sejati
orangtua
pasangan
sahabat
kerabat
anak
akan peduli
kenangan berjuang tak lagi berarti
perjanjian di waktu waktu terbaik dahulu
musnah dalam alibi
adalah waktu jua
akhirnya meyakinkan nurani
hanya diri sendiri tetap bertahan
tinggal
di kala semua pergi
di sini
perasaan sudah mati (*)
Banda Aceh, 22 Februari 2025