Oleh: Wahyu Iryana *)
KALAU bicara soal Lampung, kebanyakan orang langsung ingat dua hal: gajah dan krui. Gajah itu ya di Way Kambas, tempat mereka dilatih agar tidak liar—sebuah konsep yang menarik, sebab kadang manusia yang lebih liar dari gajah. Krui, itu tempat para peselancar asing bermain ombak, sementara warga lokal lebih suka menunggu turis daripada ikut nyemplung.
Tapi Lampung bukan cuma gajah dan Krui. Negeri ini kaya pesona, cuma sayangnya, kadang pesona itu lebih banyak tersembunyi. Seperti gadis desa yang cantik tapi pemalu, Lampung seolah masih ragu untuk menunjukkan keelokannya.
Pantai dan Laut yang Diam-diam Memesona
Coba lihat pantainya. Dari Pesisir Barat sampai Teluk Lampung, semuanya berkilauan seperti permata. Pantai Gigi Hiu, misalnya, punya batu-batu karang runcing yang bikin kita ingat taring hiu, meskipun hiunya sendiri entah ke mana. Ada juga Pulau Pahawang yang airnya sebening hati mantan yang sudah move on—bersih, jernih, dan tak berbekas.
Tapi masalahnya, pesona ini sering hanya diketahui mereka yang rajin membuka Google Maps atau berteman dengan backpacker gaul. Akses ke beberapa destinasi masih lebih sulit daripada mencari parkiran di Pasar Bawah. Jalan berkelok, berbatu, dan kadang lebih cocok buat uji nyali daripada wisata santai.
Kalau dibandingkan dengan Bali atau Lombok, Lampung masih kalah promosi. Seakan-akan pantainya hanya untuk dinikmati sendiri, bukan untuk dijual ke dunia luar. Padahal, wisata itu bukan cuma soal keindahan, tapi juga cara kita mengemasnya.
Way Kambas dan Wisata Satwa yang Setengah Hati
Lalu ada Way Kambas, kebanggaan Lampung. Gajah-gajah besar berbaris rapi, ada yang sedang dilatih, ada yang asyik bermain lumpur. Sayangnya, tempat ini masih kurang “wah” dibanding taman safari di tempat lain.
Way Kambas butuh lebih dari sekadar pemandangan gajah. Harus ada atraksi lain yang bikin orang rela datang lebih dari sekali. Bisa jadi, perlu dibuat semacam “kampung gajah,” di mana wisatawan bisa lebih dekat dengan mereka. Bukan sekadar menonton dari jauh, melainkan merasakan kehidupan mereka.
Wisata itu bukan cuma soal melihat, tapi juga soal merasakan. Kalau turis hanya datang, foto-foto, lalu pulang, itu namanya bukan wisata, tapi studi lapangan.
Kuliner: Antara Pindang dan Kopi yang Harum
Sekarang mari bicara soal kuliner. Orang Palembang bangga dengan pempek, orang Padang dengan rendang. Lampung? Lampung punya pindang. Ikan yang dimasak dengan kuah asam pedas ini adalah hidangan wajib bagi siapa saja yang mampir.
Tapi anehnya, pindang Lampung belum setenar soto Betawi atau gudeg Jogja. Mungkin karena kita kurang percaya diri? Atau karena belum ada restoran pindang yang cukup “Instagrammable” buat anak muda zaman sekarang?
Lalu ada kopi. Lampung ini gudangnya kopi robusta, tapi kalau bicara kopi Indonesia, yang sering disebut justru kopi Gayo atau Toraja. Padahal, robusta Lampung itu lebih kuat dari janji politisi, lebih pekat dari malam di desa tanpa listrik. Sayang, branding-nya masih kurang.
Sebetulnya, kopi ini bisa jadi daya tarik wisata tersendiri. Bayangkan kalau ada semacam “kampung kopi,” di mana wisatawan bisa memetik, menyangrai, dan menyeduh kopi sendiri. Wisata itu bukan cuma melihat dan makan, tapi juga pengalaman.
Apa yang Harus Dilakukan?
Lampung ini indah, tak terbantahkan. Tapi keindahan saja tak cukup. Harus ada strategi, harus ada gerakan.
Pertama, promosi harus lebih gencar. Jangan hanya mengandalkan Instagram travel blogger, tapi juga buat narasi yang kuat. Kenapa orang harus ke Lampung? Apa yang membedakan wisata di sini dari tempat lain?
Kedua, infrastruktur harus diperbaiki. Jangan sampai wisatawan lebih dulu mengalami “wisata goyang” di jalanan rusak sebelum sampai ke pantai.
Ketiga, buat pengalaman wisata yang lebih unik. Jangan sekadar jualan pemandangan, tapi juga aktivitas. Dari tur kopi, workshop membatik khas Lampung, sampai pengalaman hidup di desa nelayan—banyak yang bisa dikembangkan.
Lampung ini indah, tinggal bagaimana kita membuatnya percaya diri. Sebab kalau kita sendiri ragu, bagaimana orang lain bisa yakin. Wallahualam.(*)
*) Pemerhati Destinasi Wisata Lampung