Puisi Esai Anies Septivirawan
ALKISAH, tercatatlah oleh pena semesta raya, seorang raja kecil bertakhta di kota antaberantah. Sang raja kecil menggenggam singga sana pada mula
rakyat bahagia meski kota dilanda wabah.
Sang raja umbar seribu janji
rakyat jelata akan sejahtera
sang raja akan hapus duka derita mereka
dengan buta mata hatinya, sang raja memetik buah pohon petaka, buah bencana, buah badai persembahan bagi mereka
Sang raja terlena dengan kebodohan mereka
tanpa terasa, sang raja mengunyah derita
menelan tsunami
semesta kota antaberantah pun
porak poranda, drama kemiskinan dan pengangguran telah sampai pada bab nya
Aku berdiri di pusat kota antaberantahmenatap kemiskinan yang sebenarnya adalah kosongnya bingkai rasa syukur
sang raja kecil itu pun tersungkur
tidak bisa ber apa – apa lagi
seperti kemarin pagi
seluruh mata angin bersorak sorai
melihat sang raja tergolek lunglai
menangis dan terbingkai
di dalam sangkar
meninggalkan kota yang terlantar
otakku bergemetar
di jalan banyak lubang bundar
mereka sudah terkapar (*)
Kota Antaberantah, 12/2/25
@hatipena