Oleh: Rizal Tanjung


PEPATAH Minangkabau “Ditukiakkan pandangan dakek, dilayangkan pandangan jauah” merupakan salah satu kearifan lokal yang mengandung makna mendalam. Secara harfiah, pepatah ini berarti melihat sesuatu dari dekat secara mendetail tetapi juga mampu melihat ke kejauhan untuk memahami gambaran yang lebih luas. 

Dalam kehidupan sehari-hari, pepatah ini mengajarkan pentingnya keseimbangan antara analisis situasi yang rinci dengan visi yang jauh ke depan agar dapat mengambil keputusan yang lebih bijaksana.

Dalam konteks penyelesaian konflik, baik di Minangkabau maupun di Indonesia secara umum, filosofi pepatah ini sangat relevan. Konflik yang muncul di tengah masyarakat sering kali berakar dari perbedaan kepentingan, kesalahpahaman atau ketimpangan sosial. 

Oleh karena itu, menerapkan konsep “Ditukiakkan pandangan dakek, dilayangkan pandangan jauah” dapat menjadi solusi untuk memahami permasalahan secara menyeluruh, tidak terburu-buru mengambil keputusan dan mencari penyelesaian yang adil serta berkelanjutan.

Makna Filosofis Pepatah

Dalam kebudayaan Minangkabau, filosofi hidup masyarakat sangat dipengaruhi oleh adat dan pepatah yang diwariskan turun-temurun. Pepatah “Ditukiakkan pandangan dakek, dilayangkan pandangan jauah” mengandung prinsip kehati-hatian dalam bertindak. Seseorang diharapkan tidak hanya berfokus pada hal-hal kecil yang tampak di permukaan, tetapi juga memiliki perspektif luas untuk mengantisipasi dampak dari setiap keputusan yang diambil.

Makna filosofis pepatah ini juga berkaitan dengan konsep kepemimpinan. Seorang pemimpin yang baik tak semata harus mampu memahami kondisi masyarakatnya secara rinci, tetapi juga memiliki visi jangka panjang untuk membawa perubahan yang lebih baik. Dengan memahami situasi secara dekat dan mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang, seorang pemimpin dapat menghindari kesalahan dalam pengambilan keputusan.


Relevansi Pepatah dalam Penyelesaian Konflik

- Memahami Akar Permasalahan Secara Mendalam

Konflik sering kali berawal dari kesalahpahaman atau ketimpangan yang dibiarkan berlarut-larut. Dengan menerapkan pepatah ini, kita harus melihat konflik secara mendetail, mencari tahu faktor penyebabnya, dan tidak hanya terpaku pada gejala yang tampak di permukaan.

- Memandang Masa Depan dengan Bijak

Dalam menyelesaikan konflik, diperlukan perspektif jangka panjang. Solusi yang hanya berorientasi pada kepentingan sesaat dapat memperparah keadaan di masa depan. Oleh karena itu, pemimpin dan masyarakat harus berpikir visioner, mempertimbangkan dampak jangka panjang dari setiap keputusan yang diambil.

- Mencari Jalan Tengah untuk Kedamaian

Pendekatan kompromi dan dialog menjadi kunci dalam menyelesaikan konflik. Dengan memahami perspektif semua pihak dan mencari titik temu, maka penyelesaian dapat dilakukan tanpa merugikan salah satu pihak secara berlebihan.

- Mengedepankan Nilai Kemanusiaan dan Keadilan

Penyelesaian konflik harus didasarkan pada keadilan, di mana hak-hak semua pihak diakui dan dihormati. Tanpa keadilan, konflik hanya akan mereda sesaat dan berpotensi muncul kembali di kemudian hari.


Penerapan dalam Berbagai Bidang

- Krisis Ekonomi dan Ketimpangan Sosial

Indonesia menghadapi tantangan ekonomi yang makin kompleks. Jika kita hanya melihat dari dekat, kita mungkin hanya melihat harga-harga naik sebagai peristiwa ekonomi biasa. Namun, jika kita melihat lebih jauh, kita akan memahami bahwa ini adalah akibat dari ketidakstabilan global, kebijakan ekonomi yang kurang efektif, serta ketimpangan sosial yang semakin memburuk.

- Krisis Politik dan Kepemimpinan

Di bidang politik, Indonesia juga sedang mengalami ketidakstabilan. Polarisasi politik semakin tajam, dengan berbagai kubu yang saling bertikai demi kepentingan kelompok masing-masing. Jika kita hanya melihat dari dekat, kita mungkin hanya melihat persaingan politik sebagai bagian dari demokrasi. Namun, jika kita melihat lebih jauh, kita akan menyadari bahwa perpecahan ini dapat berdampak buruk bagi persatuan bangsa.

Kerusakan Lingkungan dan Krisis Iklim

Selain masalah ekonomi dan politik, Indonesia juga menghadapi ancaman besar dalam bentuk kerusakan lingkungan dan krisis iklim. Jika kita hanya melihat dari dekat, mungkin kita hanya menganggap bencana alam seperti banjir, kebakaran hutan, dan kekeringan sebagai fenomena alami. Namun, jika kita melihat lebih jauh, kita akan menyadari bahwa ini adalah akibat dari eksploitasi alam yang berlebihan, kebijakan yang tidak berorientasi lingkungan, serta kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem.

Pepatah Minangkabau “Ditukiakkan pandangan dakek, dilayangkan pandangan jauah” mengajarkan kita untuk tidak hanya fokus pada masalah yang terlihat di depan mata, tetapi juga memahami gambaran yang lebih luas agar dapat mengambil keputusan yang lebih bijaksana. Dalam konteks kondisi negara saat ini, pepatah ini sangat relevan dalam berbagai aspek, mulai dari ekonomi, politik, hingga lingkungan.

Dalam penyelesaian konflik di Indonesia, filosofi pepatah ini harus dijadikan panutan. Dengan memahami akar masalah, memikirkan dampak jangka panjang, mencari solusi damai, serta menjunjung nilai keadilan, kita dapat menciptakan harmoni dan stabilitas dalam masyarakat. Hanya dengan cara ini, Indonesia dapat menjadi bangsa yang kuat dan bersatu dalam menghadapi tantangan masa depan.(*)


2025




 
Top