Penulis: Anto Narasoma *)
BANYAK orang yang mengatakan bahwa apabila seseorang mampu menyelesaikan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan rumus kimia, algoritma, serta hitungan secara matematika, ia adalah orang cerdas. Benarkah itu?
Jawabnya benar. Tak seorang pun ada yang menampik bahwa orang tersebut memiliki kecerdasan luar biasa.
Sesungguhnya, kecerdasan intelektual kita tak sebatas itu. Apabila mereka menguasai ilmu hitung-hitungan seperti yang dikatakan di atas, itulah bentuk kecerdasan intelektual.
Pertanyaannya, apakah kecerdasan manusia hanya sekadar itu? Tidak. Bahkan nilai kecerdasan yang diberikan Allah SWT kepada kita, lebih jauh dari kecerdasan itu.
Kita tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual. Sebab ruang lingkup kecerdasan yang dimiliki manusia melampaui takaran itu.
Kita belum menjelaskan soal kecerdasan spiritual yang mampu merambah ke nilai-nilai psikologis kehidupan kita.
Seorang pemain teater, misalnya, memiliki kecerdasan spiritual untuk menghidupi peran yang berkaitan dengan jiwa dan alam sekitarnya.
Karena seorang pekerja teater diajarkan untuk menguasai takaran kesadaran secara luas. Karena itu ada istilah sadar bentuk (pribadinya sendiri) dan sadar ruang sebagai ekskstensi kecerdasan untuk memahami perkembangan aspek kehidupan di luar dirinya.
Pekerja teater dituntut untuk memahami beragam corak perwatakan. Dari watak paling baik (alim ulama) hingga ke perwatakan brengsek.
Dengan tuntutan kecerdasan spiritualnya untuk menelaah semua watak tersebut. Sebab di suatu kesempatan nanti, ia akan dipercaya untuk melakoni watak baik atau perwatakan paling buruk.
Terkait itulah kecerdasan seorang pekerja teater dituntut untuk memahami segala perwatakan (karakter) yang ada di luar dirinya.
Bagaimana cara memahami semua itu? Nah, di sinilah tuntutan dunia pementasan untuk “menguji” kecerdasan intelektual kita.
Seperti dikemukakan Anton Pavlovich Chekov, kadar kecerdasan inteletual seorang pemain teater harus terus dipertajam agar mampu memasuki karakter apa saja yang dituntut naskah drama (skenario).
Caranya, harus lebih banyak mengolah karakter permainan lewat latihan meditasi. Sebab meditasi tak hanya meredakan jiwa dari kesibukan hidup sehari-hari, tapi mampu mempertajam ingatan lewat kecerdasan otak manusia.
Misalnya, ketika kita bermeditasi di tengah keriuhan suara air terjun, dalam mengheningkan suasana, kita mampu mendengar cericit burung dari kejauhan sana.
Perasaan kita juga akan mampu menangkap percakapan orang di tengah gemuruh suara air terjun tersebut.
Mengapa kita bisa menangkap suara-suara berfrekuensi kecil di antara suara gemuruh air terjun?
Itu disebabkan adanya ketajaman dan kepekaan rasa karena ketajaman dan kecerdasan intelektual kita.
Bagi seorang pemain (pekerja teater), kecerdasan spiritual (intelektual), merupakan sarana paling penting untuk menerjemahkan masalah di luar nalar kita, sehingga corak karakter yang bukan watak kita secara pribadi dapat kita tangkap melalui kecerdasan intelektual seseorang.
Seperti dikatakan Willy Bernardus Surendra (WS Rendra), menafsirkan karakter permainan di panggung, harus ditelusuri lewat pikiran dan perasaan kita.
Kolaborasi akal, pikiran dan perasaan itulah yang sangat berperan besar untuk melahirkan seorang pemain (aktor) berkualitas yang kuat dalam menghadirkan sosok pribadi lain dari luar diri kita.
Kecerdasan intelektual seperti inilah yang mampu mengaitkan tampilan karakter pemarah, mudah tersinggung, dan memperlihatkan permainan sebagai tokoh penjahat. Padahal si pemain sendiri orangnya lembut, tutur katanya santun, serta tidak mudah tersinggung dalam kehidupannya sehari-hari.
Karena itu, seorang pemain seperti aktor Bambang Oeban selalu diarahkan sebagai pemain tokoh hantu, dukun jahat, atau pemain yang selalu menghasut untuk berbuat kejahatan.
Padahal dalam kehidupannya sehari-hari, Bambang Oeban memiliki watak baik dan sangat menghargai tamu, rekan kerja, serta tak pelit ilmu untuk berbagi dengan orang lain.
Maka terpulang dari kecerdasan seseorang, dengan nilai itulah ia mampu untuk memahami persoalan watak manusia, sehingga semangat untuk berbuat (dalam permainan panggung) akan bisa ia tampilkan secara membara saat tampil sebagai aktor panggung atau pemain film yang berkakater cerdas secara menyeluruh.
Palembang, 14 Maret 2024
*) Penulis adalah sastrawan, pekerja teater, dan jurnalis senior.