Penulis: Wahyu Iryana *)


ANAK kos profesional tahu cara bertamu yang baik dan benar. Tidak bisa langsung datang dan berkata, “Bro, gue lapar, bagi makanan!” Itu terlalu kasar. Tekniknya harus halus dan elegan. Mulailah dengan percakapan ringan:

“Eh, bro, apa kabar? Lama nggak nongkrong, ya?” (Padahal baru ketemu kemarin).

Lalu, masuk ke tahap observasi. Jika ada bau masakan dari dapur, segera berikan komentar cerdas, misalnya:

“Wih, masak apa nih? Kayaknya enak banget.”

Jika tuan rumah mulai menunjukkan tanda-tanda iba, ini saatnya memberikan “pukulan terakhir”:

“Duh, udah lama banget nggak makan enak, nih.”

Maka, dengan penuh belas kasihan, sang tuan rumah akhirnya menawarkan sepiring nasi dengan lauk seadanya. Misi sukses.

Ibu Kos, Malaikat atau Algojo?

Selain masalah makan, tantangan terbesar anak kos adalah menghadapi ibu kos. Sosok ini ibarat dewa dalam kehidupan anak kos. Jika beliau baik, hidup terasa damai. Namun, jika dia galak, anak kos harus waspada setiap saat.

Ibu kos memiliki keahlian khusus dalam mendeteksi keberadaan penghuni yang belum bayar uang sewa. Seorang mahasiswa yang bisa menghilang seperti ninja pun tak akan mampu bersembunyi dari radar ibu kos. Seolah-olah dia punya ilmu kebatinan yang bisa langsung mendeteksi siapa saja yang menunggak pembayaran.

Biasanya, ketika tanggal pembayaran kos tiba, anak kos yang belum siap membayar akan menggunakan teknik menghindar tingkat tinggi. Ada yang tiba-tiba sibuk di perpustakaan, ada yang mendadak rajin ikut kegiatan kampus dan ada juga yang pura-pura sakit agar tidak keluar kamar

Namun, ibu kos selalu punya cara untuk mengatasi kecerdikan ini. Dengan suara nyaring yang mampu menembus dinding tipis kos-kosan, beliau akan berteriak:

“Mas Rizki…! Uang kos kapan dibayar…!?”

Dan seketika itu juga, anak kos yang bernama Rizki—dan bahkan mereka yang tidak bernama Rizki—langsung merasa jantungnya copot.

Tugas Kuliah, Dosa yang Ditunda

Di antara perjuangan makan dan menghindari ibu kos, mahasiswa kos juga harus menghadapi satu musuh lain yang lebih mengerikan: tugas kuliah.

Tugas kuliah bagi mahasiswa kos ibarat utang luar negeri. Dia ada, dia penting, tapi selalu ditunda hingga batas waktu hampir habis. Fenomena umum dalam dunia anak kos adalah baru mulai mengerjakan tugas ketika deadline tinggal hitungan jam.

Saat itulah kehidupan berubah menjadi perang total. Kopi sachet diseduh dalam jumlah tak wajar, playlist lo-fi diputar tanpa henti, dan laptop dipaksa bekerja lebih keras daripada komputer NASA. Saat deadline sudah makin dekat, berbagai teknik penyelamatan darurat diterapkan:

Metode Copy-Paste Plus Sedikit Edit

Ini adalah seni akademik tingkat tinggi. Copy dari internet, ubah beberapa kata, lalu yakinkan diri sendiri bahwa ini adalah hasil orisinal.

Mencari Senior Baik Hati

Jika beruntung, ada kakak tingkat yang rela berbagi tugas tahun lalu. Tentu saja, tinggal edit sedikit agar tidak terlalu mencolok.

Sistem Kebut Semalam

Prinsipnya sederhana: tidak tidur, tidak mandi, dan tidak makan sampai tugas selesai. Kadang berhasil, kadang berakhir dengan kelelahan total.

Mahasiswa Kos, Pahlawan Tanpa Medali

Hidup sebagai mahasiswa kos memang penuh penderitaan. Namun, dari penderitaan itu lahir keahlian bertahan hidup yang luar biasa. Anak kos adalah ahli ekonomi, psikologi dan strategi perang dalam satu paket.

Mereka bisa mengelola uang dengan teknik yang tidak diajarkan di buku mana pun. Mereka bisa membaca bahasa tubuh ibu kos dengan kepekaan yang melebihi agen rahasia. Dan mereka bisa menyelesaikan tugas dalam waktu yang mustahil dengan kekuatan kopi dan tekad baja.

Namun, meskipun hidupnya sulit, anak kos tetap punya satu senjata pamungkas yang membuat segalanya terasa ringan: humor. Sebab, jika tidak bisa tertawa menghadapi nasib, maka apalagi yang bisa dilakukan?

Ah, begitulah hidup mahasiswa kos. Sebuah tragedi yang lucu atau komedi yang tragis. Namun, seperti yang selalu dikatakan anak kos setiap akhir bulan:

“Besok pasti ada jalan… kalau nggak, ya, kita puasa lagi.” Hidup anak kos! (*)


*) Wakil Dekan Fak. Ekonomi Bisnis Islam UIN Raden Intan Lampung


@hatipena 



 
Top