Rosadi Jamani

- Ketua Satupena Kalbar


RED SPARKS tumbang. Pink Spiders berpesta. Dunia bergetar. Samsan Gymnasium di Incheon menjadi saksi bisu bagaimana megahnya sebuah kemenangan, betapa perihnya sebuah kekalahan. Tapi di balik itu semua, di antara teriakan suporter dan dentuman bola yang membelah udara, ada satu nama yang tak bisa diabaikan.

Megawati Hangestri Pertiwi.

Ia berdiri di tengah lapangan, wajahnya datar, ekspresinya tak terbaca. Ia bukan hanya pemain. Ia adalah prajurit di medan perang, gladiator di arena pertarungan, penyair yang menulis takdir dengan smash dan block. 

Red Sparks boleh kalah, tapi Megawati tak pernah benar-benar jatuh. Angka-angka berbicara lebih jujur dari sekadar kemenangan. 614 poin. Jumlah yang tak main-main. Jumlah yang membuat lawan-lawan menelan ludah, menatapnya dengan sedikit rasa cemas, sedikit rasa takut.

Di sisi lain, ada Kim Yeon-koung. Sang ratu voli Korea, ikon, legenda hidup. Ia juga mencetak 24 poin. Hebat? Tentu. Tapi waktu tak bisa dilawan. Sejarah mencatat kejayaan, tapi masa depan menuntut penerusnya. Di saat langit Korea mulai menampakkan warna baru, satu hal makin jelas, megahnya istana lama tak akan menghentikan datangnya era baru.

Pink Spiders mengukir sejarah. Kemenangan ke-20 dalam satu musim. Puncak klasemen makin kokoh, selisih poin makin lebar. Dunia voli Korea mencatat mereka dalam tinta emas. Tapi di balik semua itu, satu bayangan semakin besar, semakin tinggi. Megawati, gadis asal Jember, hadir bukan sekadar untuk bermain. Ia datang untuk menaklukkan.

Kekalahan hanyalah ilusi. Kemenangan hanyalah waktu. Hari ini, Pink Spiders berpesta. Tapi lihatlah ke depan. Lihatlah lebih jauh. Di kejauhan, badai tengah berkumpul. Bukan angin biasa, bukan gelombang ringan. Tapi badai yang akan mengubah segalanya. Megawati bukan hanya bintang. Ia adalah matahari yang bersiap menyinari seluruh langit Korea.

Pada 7 Februari, lawan berikutnya, Hyundai Hillsate. Ini juga raksasa, tangguh, juara bertahan. Mega, Bukilic, Yeom Hye Seon, Junghoyong, Pyo Seon Ju, Park Eun Jin, dan Noh Ran pasti tak mau kalah lagi. Sebab, kalah itu menyakitkan.

Pakai topi beli lele. Udah ngopi lee? (*)

#camanewak

@hatipena




 
Top