Puisi Rizal Tanjung
I
Aku duduk di meja perundingan,
berhadapan dengan diriku sendiri—
dua musuh bebuyutan yang pura-pura saling paham.
Di satu sisi, aku yang gemar menggubah cerita megah,
di sisi lain, aku yang tahu semuanya bohong belaka.
Aku menuduh diriku sebagai dalang,
ia membalas dengan senyum sinis:
“Bukankah kau sendiri yang menulis skrip hidupmu?”
Aku membanting meja, ia tertawa keras
“Lucu sekali, kau tak membaca cerita yang kau buat sendiri!”
Aku merobek halaman demi halaman,
tapi tinta dusta tetap berceceran di lantai.
Aku ingin jadi prosa yang jujur,
tapi entah kenapa malah menjadi catatan kaki yang terlupakan.
Di cermin, aku melihat wajah yang saling bertengkar—
satu ingin jadi tokoh utama, satu lagi sadar cuma figuran.
Siapa yang menang?
Entahlah.
Yang pasti, aku kalah sejak awal.
II
Aku dan diriku duduk berhadapan,
seperti dua politisi busuk yang lupa siapa lebih pendusta.
Aku menudingnya pembohong,
dia balas menuduhku sok suci.
Sementara itu, otakku duduk di sudut ruangan,
mengunyah kebingungan seperti permen karet basi.
“Apa maumu?” tanyaku.
Diriku terkekeh, mengetuk-ngetukkan jemari di meja kayu retak.
“Apa mauku?” katanya, “Kau yang hidup, tapi aku yang menanggung malu.”
Aku mengerutkan kening, pura-pura tak paham,
padahal sudah lama aku tahu:
aku hanya lakon yang gagal membaca naskahnya sendiri.
Diriku tertawa sambil menyesap kopi pahit yang aku seduh,
“Aku bosan jadi halaman kosong di buku kehidupanmu.”
Aku membalas dengan mendengus,
“Kau cuma bayanganku.”
Dia menyeringai, “Kalau begitu, kenapa kau lebih takut padaku
daripada dunia yang kau coba tipu?”
Cermin di sudut ruangan mulai bosan,
memantulkan wajahku yang penuh goresan dusta.
Aku ingin membantingnya,
tapi takut melihat kepingannya
menunjukkan lebih banyak kebohongan.
Jadi, siapa yang menang?
Entahlah.
Aku masih di sini, duduk berdebat dengan diriku sendiri,
sementara dunia terus berjalan,
tertawa kecil di kejauhan,
mungkin menikmati betapa ironisnya manusia—
terlalu sibuk menipu dunia,
hingga akhirnya tertipu oleh dirinya sendiri. (*)
Padang, 1 Februari 2025
@hatipena