Oleh: Andi Batary Citta


BULLYING atau perundungan merupakan masalah serius di banyak sekolah di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, kasus bullying di Indonesia meningkat, terutama dengan adanya cyberbullying yang melibatkan media sosial.

Baru-baru ini, Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengungkapkan angka bullying di Indonesia cukup tinggi di kalangan pelajar. Berdasarkan data yang dihimpun pada Juli 2023, mayoritas bullying terjadi di SD (25 persen) dan SMP (25 persen), lalu di SMA (18,75 persen) dan SMK (18,75 persen), MTs (6,25 persen) dan Pondok Pesantren (6,25 persen).

Bullying sendiri adalah tindakan agresif yang dilakukan secara berulang dan disengaja, dengan tujuan menyakiti orang lain yang dianggap lemah. Perundungan di sekolah dapat berdampak pada kesehatan mental, fisik, dan sosial siswa, baik korban maupun pelaku.

Artikel ini akan membahas fenomena bullying di Indonesia, beberapa contoh kasus, serta solusi yang dapat diterapkan untuk mengurangi masalah ini.

Perbedaan Bullying dan Konflik

Perlu dipahami bahwa bullying berbeda dengan konflik biasa. Konflik adalah perselisihan antara dua pihak yang memiliki kekuatan setara, sedangkan bullying melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan, di mana pelaku secara sengaja dan berulang-ulang menyakiti korban. Tindakan bullying dapat berupa kekerasan fisik, verbal, emosional, atau bahkan digital (cyberbullying). Contoh tindakan bullying yang sering terjadi di sekolah meliputi:

- Memaksa atau mengintimidasi

- Menyakiti secara fisik

- Menyebarkan rumor atau gosip

- Mengejek secara verbal

Siklus Bullying

Dalam bullying, terdapat tiga pihak utama yang terlibat: pelaku (bully), korban (victim), dan pengamat (bystander). 

Siklus bullying bersifat dinamis, di mana siapa pun dapat berpindah peran, terutama jika tindakan bullying tidak dihentikan. Anak-anak yang berbeda dari teman-temannya, terlihat lemah atau tidak percaya diri, atau kurang populer, sering kali menjadi target bullying. 

Di sisi lain, pelaku bullying biasanya memiliki karakteristik seperti ingin mendominasi, agresif, atau memiliki masalah emosional di rumah.

Andi Batary Citta adalah Asesor Badan Akreditasi Nasional - Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Sulawesi Selatan [BAN-PDM Sulsel]

 
Top