BANTUL, DIY -- Beberapa tahun silam kantin kejujuran berdiri di sejumlah sekolah hingga instansi pemerintah dan penegak hukum. Kantin atau warung dengan konsep tidak dijaga sehingga bayar dan ambil uang kembalian sendiri itu marak seiring gerakan antikorupsi di Indonesia.
Bagaimana kini nasib kantin kejujuran? Jika kantinnya telah tutup, apakah susah mencari orang-orang jujur?
SMAN 1 Bantul memiliki lini usaha tersendiri yang diusung dengan cara berbeda. Lini usaha itu tidak ada penjaga atau kasirnya, sehingga siswa yang membeli, membayar dan menghitung kembaliannya sendiri. Dinamainya kantin kejujuran karena setiap siswa yang membeli tidak diawasi oleh siapa pun.
Berbagai makanan ringan dijual seperti gorengan. Tidak menjual makanan berat. Ketika menjual makanan berat akan sulit karena harus ada yang menyediakan, sedangkan konsep kantin kejujuran tidak ada penjaganya dan tidak diawasi. Kehadirannya hanya empat hari dalam sepekan, setiap Senin-Kamis.
Kantin kejujuran di SMAN 1 Bantul sebenarnya sudah dimulai sejak bertahun-tahun silam. Namun pandemi Covid-19 memaksanya untuk menghentikan sementara karena memang kondisinya tidak mendukung di saat pembelajaran dalam jaringan (daring).
"Diawali lagi 13 Mei 2024 lalu," ujar Kepala SMAN 1 Bantul Ngadiya kepada awak media, Minggu (22/9/2024).
Menurutnya, keberadaan kantin kejujuran sebagai upaya meningkatkan pemahaman antikorupsi sejak dini di kalangan pelajar SMA. Dikatakan, awal mula kehadirannya dimodalkan terlebih dahulu sebesar Rp 500 ribu untuk memulai operasional. Ketika kembali mengaktifkan kantin kejujuran, mengalami kerugian penjualan.
Kondisi itu berlangsung selama beberapa pekan saja dan kerugiannya terbilang kecil. Hanya seribu hingga Rp 2 ribu saja. Ngadiya mengaku, tidak mengetahui secara pasti kerugian itu disebabkan karena apa. Saat disinggung mengenai kerugian itu karena ada yang tidak membayar, dia pun tak dapat membenarkannya.
"Tidak tahu, namanya juga kantin kejujuran, tidak dijaga,” tambahnya. Namun seiring berjalannya waktu, akhirnya kerugian itu tidak terjadi lagi dan kantin kejujuran selalu balik modal.
Dia membeberkan, untuk keuntungan dari kantin kejujuran sangat kecil. Bahkan disebutnya tidak mencapai 10 persen dari modal yang dikeluarkan.
Selama ini keuntungan yang diperoleh kantin kejujuran hanya selalu diputar untuk modal operasionalnya. Menurutnya, kantin kejujuran tidak menyingkirkan dan bahkan tidak menjadi pesaing pedagang lain yang ada di sekolahnya.
Itu lantaran persediaan makanan ringan di kantin kejujuran dipasok dari pedagang di kantin sekolah sendiri. "Jadi kantin sebelahnya tetap laku, karena kami berdayakan,” ucap pria yang juga guru mata pelajaran Biologi ini.
Diharapkan, kantin kejujuran dapat memantik kejujuran para siswa sehingga tertanam menjadi sebuah karakter. Ngadiya mengklaim, siswanya selalu melapor ketika menemukan uang atau barang yang tertinggal.
Menurutnya, kantin kejujuran bertujuan agar siswanya dapat berperilaku jujur dalam segala hal, tidak hanya jual-beli saja di kantin. "Termasuk tidak nyontek saat ulangan dan tidak bohong saat telat sekolah," tandasnya.
#rdr/bin