Siswa SD belajar pembuatan pupuk cair |
Akademisi dari Universitas Prima Indonesia (Unpri), Jholant Bringg Luck Amelia Br Sinaga menceritakan saat ia menjadi narasumber dalam acara kepala sekolah non penggerak di Medan, Sumatera Utara (Sumut).
“Jadi saya temukan memang masih banyak miskonsepsi karena P5 itu kan merupakan pengalihan jam pelajaran intrakurikuler. P5 itu kokurikuler jadi banyak orang berpikir bahwa P5 itu merupakan proyek mata pelajaran, padahal itu dua hal yang berbeda. Kalau untuk sekolah penggerak pastinya sudah berjalan dengan semestinya,” katanya, Kamis (26/9/2024).
Jholant yang juga sebagai Fasilitator Sekolah Penggerak (FSP) mengungkapkan bahwa sekolah penggerak yang telah didampingi selama hampir tiga tahun tidak menghadapi kendala berarti dalam menerapkan P5. Sosialisasi yang dilakukan sebelumnya kepada orang tua dan siswa menjadi kunci kelancaran implementasi.
“Peran guru ini wajib banget. Karena guru ini kan nanti yang jadi pemandu sebagai fasilitator bagi siswa dalam melaksanakan proyek, jadi memang mereka harus punya hubungan yang baik,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya memilih tema proyek yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan sekolah untuk meningkatkan implementasi P5 di masa depan.
Harapan besar disematkan pada P5 sebagai ajang bagi siswa untuk mengeksplorasi bakat dan kreativitas mereka.
“P5 seharusnya sudah dilakukan sejak dulu untuk membantu siswa memahami dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,” tambahnya.
#rel/ede