Oleh: Dr. Dudung Nurullah Koswara, M.Pd
- Ketua Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia [ DPP AKSI ]
DI HADAPAN hampir seribu guru, Dr. Itje Chodijah memberi sengatan motivatif pada entitas guru. Sungguh sangat beruntung, guru-guru se Kabupaten Bogor dari semua jenjang dapat langsung mendapatkan pencerahan.
Itje Chodijah adalah Ketua Komisi Nasional Indonesia untuk Unesco (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization). Ia punya tanggung jawab moral untuk menjadi bagian dari tokoh perubahan dunia pendidikan.
Berikut beberapa “petuah” Beliau untuk entitas guru Indonesia, diantaranya adalah: Ia mengatakan bahwa sekolahan adalah tempat suci. Tempat yang harus menumbuhkembangkan karakter terbaik bagi setiap anak didik. Untuk itu STOP berbuat "dosa" di sekolah!
Sekolah adalah senter pembentukan generasi terbaik masa depan bangsa. Sekolah adalah pusat perubahan dini. Kesucian sekolah terkait niat suci, misi suci mendidik, sesuai amanah Tuhan pada setiap orang.
Sekolah sebagai tempat suci jangan dipolutan dengan hal hal yang tidak mendidik. Jauhkan segala hal yang mengganggu pertumbuhan potensi anak didik dan mengganggu kebahagiaan anak didik dalam belajar.
Faktanya semua penghuni masa depan dan bangsa berasal dari sekolahan. Mulai dari Presiden sampai Ketua RT, mereka pernah sekolah. Sekolah harus “suci” dan jadi tempat suci yang bisa melahirkan generasi yang suci, jauh dari kotor akhlak.
Ia pun mengatakan, “Karakter dan agama harus menjadi perilaku, bukan hanya pengetahuan”. Pengetahuan agama dan pengetahuan karakter, tidak lebih penting dari perilaku berkarakter. Keteladanan, implementasi adalah hal yang dibutuhkan.
Baliho, slogan, label dan identitas di sekolahan tidak terlalu penting. Hal terpenting adalah kesemuanya ada dalam mentalitas kolektif entitas warga sekolah dan terimplementasi secara konsisten dalam keseharian.
Beliau menyatakan orang orang hebat itu semuanya melintasi sekolahan. Melintasi proses pendidikan karakter, akhlak terpuji dan keteladanan. Tanggung jawab guru dan sekolahan sangat berat karena harus mengubah masa depan yang lebih baik.
Sikap para pemimpin, pengusaha, politisi, penegak hukum dan semua profesi, terkoneksi dengan “masa lalunya” saat mereka pernah dididik di sekolahan. Perilaku saat dewasa adalah buah “endapan” akumulatif dari masa lalunya saat pembentukan karakter.
Pentingnya para guru sadar diri sebagai pendidik, bukan pengajar. Bukan tukang ngajar melainkan pendidik terbaik bagi kualitas karakter setiap anak didik. Pendidikan karakter membuat anak didik belajar dan menebar kebaikan kelak.
###