JAKARTA -- Indira Suryani selaku kuasa hukum keluarga almarhum Afif Maulana dari Lembaga Bantuan Hukum atau LBH Padang menyayangkan tindakan Komisi Kepolisian Nasional atau Kompolnas yang diduga melegitimasi sikap inkosisten Kepolisian Daerah Sumatera Barat (Polda Sumbar) dalam menyelidiki kasus ini.

Bukannya mencari kebenaran perihal penyebab kematian Afif yang ditemukan mengapung di bawah Jembatan Kuranji, Indira menilai Kompolnas hanya membenarkan kejanggalan dari pernyataan Kapolda Sumbar Irjen Pol. Suharyono. 

Direktur LBH Padang itu menyebut ada pernyataan yang sampai ke mereka bahwa keluarga menerima fakta Afif melompat saat ekspos kasus bersama Kompolnas dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia atau KPAI.

"Itu enggak benar, itu bohong," kata Indira kepada awak media di Jakarta, Kamis (4/7/2024). 

"Kalau hanya ingin legitimasi kerjaannya Polda, saya tidak mau." 

Aktivis perempuan itu pun mempertanyakan keseriusan Ketua Harian Kompolnas Benny Mamoto yang saat itu hadir ketika ekspos kasus. Sebab, lanjut Indira, dia tidak ingin kasus ini dipersempit menjadi kesalahan prosedur 17 anggota Polda Sumbar saat menangani tawuran.

Sebelum Kompolnas turun, pada 23 Juni 2024 Kapolda Sumbar di Mapolresta Padang mengatakan, jika kematian AM karena melompat. Lalu luka lebam yang ditemukan adalah lebam mayat. 


"AM meninggal dugaannya karena melompat sebab keterangan dari saksi kunci A sempat ada ajakan dari AM untuk melompat ke bawah Jembatan Batang Kuranji," kata Suharyono kala itu.

Namun, pihak keluarga tidak mempercayai hal tersebut. Adanya penyiksaan ini makin memperkuat keluarga lantaran keterangan dari kepolisian yang inkosisten. "Jadi, fakta-fakta bahwa apa yang disampaikan polisi itu tidak sesuai dengan temuan di lapangan itu terlihat dari saksi-saksi, dari temuan lapangan yang kami cek," ujar Indira.

Benny Mamoto, kata Indira juga dinilai telah membantu rekayasa kronologi kematian Afif. Sebab, dia menuturkan, setelah Benny turun langsung ke tempat kejadian perkara, baru muncul narasi AM yang diduga terpeleset.

"Awalnya lompat dari kiri narasinya, Pak Benny turun, tiba-tiba narasinya terpleset dari kanan. Saya tidak marah ya sama Benny Mamoto. Cuma kami kasih informasi ke dia, lalu dia seolah-olah bilang ke Polda untuk create (membuat) yang baru lagi," ujar Indira menegaskan.

Keluarga dan kuasa hukum masih meyakini bahwa ada penyiksaan yang dilakukan oleh polisi terhadap Afif Maulana hingga tewas. Indira pun mengakui saat ini kondisi keluarga korban sedang terpuruk lantaran pemberitaan dari pihak kepolisian yang memframing almarhum sebagai pelaku tawuran.

#tpc/bin





 
Top