Siswa/i SMA Negeri 2 Padang bersama salah seorang guru pembimbing mereka berpose dalam ruangan kelas yang sarat dengan goresan kreasi para siswa.

JAKARTA -- Pengamat Kebijakan Pendidikan Suplriyanto mengkritik kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang menghapus jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA. Kebijakan ini mulai diterapkan pada tahun ajaran 2024/2025.

Dosen manajemen pendidikan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu berujar seharusnya pemerintah tidak menghapus jurusannya karena itu menjadi dasar-dasar atau bekal keilmuwan siswa untuk memilih perguruan tinggi. 

"Bukan menghapus jurusannya, tapi membenahi sistemnya," kata Supriyanto kepada awak media di Jakarta, Senin (22/7/2024).

Ia mengimbau ketika kebijakan ini dilanjutkan, maka implementasinya harus dilakukan dengan benar dan cermat. Ia menjelaskan sekolah harus bisa menempatkan antara minat, bakat siswa dengan peta kariernya nanti secara adil.

Guru dapat mengarahkan mata pelajaran apa yang sesuai dengan program studi yang mereka inginkan untuk masuk perguruan tinggi. Setelah itu, guru dapat menyadarkan siswa untuk menekuni mata pelajaran yang sudah dia pilih.

Selanjutnya, sekolah perlu menanamkan iklim ke seluruh stakeholder, orang tua, maupun siswa bahwa IPA, IPS, Bahasa bukan pembeda kecerdasan. "Itu sama-sama hebat dan baik," katanya.

Sementara itu, Pakar Pendidikan Holy Ichda Wahyuni mengatakan pemerintah perlu mengsosialisasikan panduan ke sekolah sebelum menerapkan kebijakan penghapusan jurusan di SMA. Dengan begitu, sekolah memiliki gambaran secara teknis guna mengawal implementasi kebijakan tersebut.

Holy berujar sosialisasi itu tak hanya dari pemerintah ke sekolah, tapi sosialisasi sekolah kepada orang tua siswa. 

"Orang tua memegang peranan penting karena mereka yang seharusnya paling paham tentang minat, bakat, dan rencana studi anak-anak mereka," katanya di Jakarta, Senin (22/7/2024).

Orang tua, kata Holy, seharusnya tidak menjadikan anak seperti apa yang dia mau, tetapi mengawal dan mendampingi anak untuk menemukan keinginannya. Ia berharap kebijakan ini mampu membangun kesadaran bagi orang tua bahwa tak ada lagi jurusan yang lebih unggul, tapi berbasis kebutuhan anak atau siswa.

#tpc/bin




 
Top