JAKARTA -- Indonesia digadang-gadang bikin geger dunia setelah mengumumkan pembelian dua kapal patroli lepas pantai (OPV) buatan Fincantieri Italia.
Pembelian 2 kapal OPV dari Fincantieri Italia ini secara resmi diumumkan Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI di Jakarta pada Rabu (17/4/2024).
Kepala Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal Kemhan RI Brigjen TNI Edwin Adrian Sumantha menjawab awak media di Jakarta, Rabu (17/4/2024), menjelaskan, pengadaan dua kapal itu, yang kontrak pembeliannya diteken pada 28 Maret 2024, merupakan bagian dari modernisasi alutsista TNI Angkatan Laut untuk memperkuat kemampuan mereka menjaga kedaulatan RI di perbatasan-perbatasan laut.
“Pengadaan kapal ini juga diiringi dengan paket offset (alih teknologi, red) yang komprehensif, mencakup berbagai aspek seperti konsultasi pengembangan galangan kapal, strategi bisnis jangka panjang, peningkatan fisik galangan kapal, penyampaian materi didaktik, serta kursus pelatihan di Italia selama enam bulan,” kata Edwin.
Dalam proses pembeliannya, Edwin menjelaskan kontrak pembelian dua kapal buatan Fincantieri itu telah efektif sebagaimana masa berlaku kontrak.
“Pihak Fincantieri juga telah mendapatkan persetujuan dari OCCAR (Organization for Joint Armament Cooperation) Italia dan Angkatan Laut Italia untuk penjualan kapal tersebut kepada Indonesia,” kata dia.
Dua kapal patroli itu, dijadwalkan tiba di Indonesia masing-masing pada Oktober 2024 dan April 2025.
Natuna Utara & Selat Malaka Terancam, Pangkoarmada I Usul Kapal PPA Paolo Thaon Fincantieri Italia Ditempatkan di Wilayahnya
“Kedatangan kapal-kapal ini diharapkan akan semakin meningkatkan kemampuan TNI Angkatan Laut dalam menjaga kedaulatan wilayah dan memberikan kontribusi signifikan terhadap stabilitas keamanan regional,” kata Edwin.
Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) I Laksamana Muda TNI Yoos Suryono Hadi berencana menyiapkan kajian untuk usulan penempatan kapal patroli serbaguna (OPV) yang belum lama ini dibeli Indonesia dari galangan kapal Italia Fincantieri.
Yoos saat ditemui awak media di sela-sela kegiatannya di Kompleks Satuan Koarmada I Pondok Dayung, Jakarta, Kamis, (18/4/2024) mengatakan kajian itu nanti diserahkan kepada Panglima Komando Armada RI Laksamana Madya TNI Denih Hendrata untuk kemudian diteruskan kepada pimpinan Markas Besar TNI Angkatan Laut.
“Kami akan membuat suatu kajian akademis yang akan kami sarankan kepada Bapak Panglima Armada RI dan ke Mabes TNI AL untuk kapal tersebut ditempatkan di ArmadaL.
Namun, keputusannya tetap dari Mabes AL akan ditempatkan di Armada I, Armada II, atau Armada III,” kata Yoos.
Ia menjelaskan, Komando Armada I yang membawahi perairan di wilayah barat RI, termasuk di Selat Malaka dan Natuna Utara, membutuhkan kapal-kapal patroli yang berkemampuan tinggi sebagaimana OPV yang dibeli Indonesia dari Fincantieri.
“Kemarin kontrak untuk FREMM Class dari Italia memang di Koarmada I, kami membutuhkan kapal OPV sejenis itu karena dari konsentrasi geografi dan luas wilayah yang jadi tanggung jawab Koarmada I, terlebih Lautan Natuna Utara, kemudian ancaman juga di utara, pengungsi Rohingya dan banyak kegiatan ilegal di Selat Malaka,” kata Pangkoarmada I.
Indonesia memang membutuhkan kapal OPV tambahan untuk mengamankan wilayah, namun siapa sangka pembelian 2 kapal PPA ini bikin media asing tuding NKRI manfaatkan Fincantieri Italia.
Tudingan ini muncul lewat sebuah artikel terbitan The Defense Post edisi 1 April 2024 dengan judul "Indonesia Memanfaatkan Fincantieri Italia untuk Dua OPV".
"Perusahaan pembuat kapal Italia Fincantieri telah menandatangani kontrak senilai 1,2 miliar euro ($1,3 miliar) untuk memasok dua kapal patroli lepas pantai (OPV) kelas Thaon di Revel (PPA) kepada Indonesia.
Fincantieri akan bertindak sebagai kontraktor utama, berkoordinasi dengan mitra industri lainnya untuk pemasangan sistem tempur kapal dan layanan logistik lainnya.
Kapal-kapal tersebut, yang saat ini sedang dibangun di Galangan Kapal Terpadu di Riva Trigoso-Muggiano di Liguria, Italia, pada awalnya dibuat untuk Angkatan Laut Italia.
Menurut Fincantieri, ketertarikan Jakarta terhadap kapal-kapal tersebut dimulai setelah PPA Francesco Morosini singgah di Indonesia pada tahun 2023 sebagai bagian dari penempatan maritimnya di Timur Jauh," jelas The Defense Post.
Fincantieri sendiri rupanya juga sedang mencari peluang kerjasama pertahanan dengan Indonesia.
"Kami memandang hal ini sebagai yang pertama dari banyak peluang kolaborasi signifikan dengan Kementerian Pertahanan Indonesia, menyusul pendekatan kemitraan jangka panjang berkat dukungan struktural dari institusi kami, dimulai dengan Kementerian Pertahanan dan Angkatan Laut Italia,” CEO Fincantieri Pierroberto kata Folgiero seperti dikutip dari The Defense Post.
Pada laman resmi perusahaan, Fincantieri menyebut kapal OPV-nya itu, dalam seri lengkapnya, dapat juga berfungsi sebagai kapal perang (first line combatant), selain fungsi utamanya sebagai kapal patroli lepas pantai, evakuasi laut, dan operasi-operasi untuk melindungi warga sipil (civil protection operation).
Untuk dua kapal perang yang dibeli Indonesia, Fincantieri menyebut spesifikasinya mencakup panjang 143 meter — diyakini bakal jadi fregat terpanjang yang dimiliki TNI AL.
Kecepatan armada ini disebut sampai 32 knot bergantung pada konfigurasi kapal.
Kapal ini digadang berkapasitas 170 orang, daya jelajah (endurance) 5.000 Nautical miles, dan dilengkapi sistem rudal permukaan ke udara (SAM) Aster 15 beserta peluncur vertical DCNS Sylver A43.
Kemudian, kapal pesanan Indonesia itu juga dipersenjatai dengan meriam 127 mm Vulcano, meriam 76 mm Strales, meriam ringan 25 mm yang dilengkapi dengan fire-control radar (FCR) RTN 10X system Dardo, sistem peperangan elektronika RECM, RESM dan CESM, tactical data Link-Y, dan radar multifungsi Kronos buatan Leonardo.
#ant/bin