BANDAACEH -- Data mengejutkan dikeluarkan Dinas Kesehatan Banda Aceh. Kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan di ibukota Provinsi Aceh tersebut. Mirisnya, yang menjadi pemicu meningkatnya penularan kasus ini adalah eksistensi kaum homoseks setempat.

Kepala Dinas Kesehatan Banda Aceh, Lukman, menjawab konfirmasi awak media, tak menampik kebenaran data yang pertama sekali diungkap oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Banda Aceh, Dr Musriadi pada Selasa (11/6/2024) lalu.

"Informasi tersebut benar,” balas Lukman  yang dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp (WA).

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Banda Aceh, kasus orang dengan HIV-AIDS (ODHA) dari tahun 2008 hingga Mei 2024 di Kota Banda Aceh mencapai 441 kasus dengan rincian 336 kasus HIV dan 105 kasus AIDS.

Periode Januari-Mei 2024 saja, kasus HIV/AIDS di Banda Aceh mencapai 68 kasus.

Dengan rincian, Januari ada 14 kasus HIV dan 6 kasus AIDS (total 20 kasus), Februari 14 kasus HIV dan 2 kasus AIDS (total 16 kasus).

Lalu, Maret 10 kasus HIV dan 5 kasus AIDS (total 15 kasus), April 5 kasus HIV dan o kasus AIDS (total 5 kasus), serta Mei 11 kasus HIV dan 1 kasus AIDS (12 kasus).

Untuk penularannya didominasi oleh kelompok LSL (laki-laki sex laki-laki) atau homoseksual. Dari kelompok usia, paling banyak berusia 20-29 tahun atau usia remaja.

Anggota DPRK Banda Aceh, Musriadi meminta Pemerintah Kota Banda Aceh segera mencari solusi pencegahan penularan HIV/AIDS di Banda Aceh.

“Kami mendesak Pemko melalui Dinas Kesehatan untuk meningkatkan skrining, deteksi dini menjadi cara efektif selama ini untuk mencegah penularan kasus HIV/AIDS agar tidak bertambah setiap tahun,” kata Musriadi kepada Serambinews.com, Selasa (11/6/2024).

Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini juga meminta keseriusan pemerintah dalam menangani kasus yang ada.

Ia menyarankan agar setiap kecamatan melakukan skrining terhadap kelompok yang berisiko atau rentan tertular HIV maupun sifilis.

“Penanganan penyakit ini jangan dibikin seolah AIDS menjadi penyakit yang tabu. Tapi dibuat saja terbuka seperti penanganan Covid-19,” ujarnya.

“Setiap individu bisa dites kalau memang ketahuan dia (terkena) HIV. Jadi bisa segera diobati dan harus langsung dibatasi aktivitas-aktivitas seksualnya supaya tidak menyebar kepada individu lainnya,” tambahnya.

Musriadi mengungkapkan, penyebab tingginya penularan HIV adalah kurangnya pengetahuan tentang cara penularan virus, perilaku seksual yang berisiko, kurangnya akses terhadap informasi dan layanan kesehatan seksual, serta stigma dan diskriminasi terkait ODHA.

Sementara Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Banda Aceh, drg Supriyadi, menjawab konfirmasi awak media, mengatakan, Dinas Kesehatan sudah melakukan beberapa langkah penanganan.

Seperti melakukan penyuluhan dan pemeriksaan pada remaja sekolah, mahasiswa, serta melakukan pemetaan dan pendekatan pada komunitas populasi kunci yang ada di Banda Aceh.

Ia menjelaskan, HIV/AIDS merupakan kondisi yang serius dan berpotensi mematikan. HIV menyerang sistem kekebalan tubuh, merusak sel-sel yang penting untuk melawan infeksi dan penyakit.

"Masalah HIV/AIDS pada remaja merupakan isu yang penting karena remaja rentan terhadap penularan virus ini," katanya.

Ia menjelaskan, ada empat jenis populasi yang berisiko tertular virus HIV yaitu, LSL (laki-laki sex laki), waria, wanita/pria pekerja sex, pengguna narkoba suntik.

Meningkatnya kasus HIV di Kota Banda Aceh seiring dengan eksistensi populasi kunci laki-laki seks dengan laki-laki atau homo.

Dari hasil laporan Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh sebagian besar dari perilaku seksual yang berisiko laki-laki seks dengan laki-laki positif HIV.

Hal ini juga dipengaruhi oleh media sosial yang menampilkan seorang laki-laki berpakaian perempuan sudah dianggap wajar walaupun hanya untuk sekedar konten.

Namun, akan berpengaruh kepada apa yang dilihat oleh anak-anak remaja untuk ditiru demi mendapatkan follower yang banyak.

“Dan ini sangat berisiko pada pertumbuhan dan perkembangan psikologis anak yang akan berpersepsi bahwa laki-laki meniru perempuan adalah hal wajar, awalnya hanya coba-coba, kemudian akan ikut pada komunitas populasi kunci yang beresiko seperti LSL,” tuturnya.

#srb/gia





 
Top