Oleh: Elfindri *)
WAJIB militer sudah biasa diadopsi di negara negara maju, seperti di USA, Singapore dan Turki. Di Turki wajib militernya dilalui selama 3 bulan, atau dikondisikan lebih cepat jika individu dewasa bekerja.
Wajib militer tentu dimaksudkan sebagai upaya menyiapkan penduduk dewasa sebagai tentara cadangan, jika sewaktu waktu terjadi peperangan maka masih ada pasukan cadangan seridaknya sebagai support system dari jumlah angkatan bersenjata resmi yang ada.
Sekarang perang tidak akan ada. Buktinya semenjak Indonesia merdeka belum ada peperangan yang seperti dulu, sebelum kemerdekaan. Sehingga, penyediaan angkatan bersenjata semenjak kemerdekaan tentu merupakan biaya opportunitas yang harus ditanggung.
Jika perang fisik sudah kecil probabilitasnya, maka perang yang nyata wujudnya lebih berupa kemiskinan ekonomi dan sosial.
Urusan ini perlu kelompok masyarakat disiapkan agar mereka berkontribusi dalam mengatasi masalah masalah pada bidang sosial ekonomi.
Jika pada konsep enterpreuneral, semua orang baik untuk dirinya sendiri atau bekerja di pemerintahan mesti memiliki jiwa itu. Masalah layanan publik termasuk pengembangan usaha mandiri.
Namun ketika kita menghadapi ketahanan sosial dan ekonomi, biasa individu tidak selalu mau memberikan waktu, tenaga dan fikirannya untuk berkontribusi memecahkan sebagian masalah ekonomi dan sosial.
Oleh karenanya jika kita inginkan masalah sosial dan ekonomi juga dapat lebih diatasi, maka individu dewasa perlu disiapkan agar mereka kelak mampu berfungsi sebagai social enterpreuneral (SoEn). Berkontribusi untuk orang lain.
Wajib SoEn merupakan upaya baru yang perlu dilakukan di Indonesia. Agar suatu saat ketika diperlukan, maka tersedia banyak manusia yang mampu dan terkapitalisasi. Akan jauh lebih terarah, misalnya dalam menghadapi dan membantu masalah bencana alam, mengatasi masalah kemiskinan, memperbaiki fasilitas publik, membantu program stunting, menyediakan guru pada derah sulit dan inklusif.
Di samping dapat mengoptimalkan fungsi ABRI masuk desa, atau manunggal, para pentolan social enterpreunership atau SoEn juga dapat dikelola lebih terarah lagi. Mereka akan memberikan nilai eksternalitas yang tinggi.
Mengenai apa bentuk materi yang bisa diberikan? Tentu bisa dikembangkan, civic, latihan fisik, fungsi fungsi sosial dan bentuk bantuan lainnya.
Apa beda SoEn dengan bentuk sebelumnya seperti Wamil atau Pramuka? Tentu lebih terkoordinir, lebih terarah dan manfaat sosialnya lebih bisa dirasakan.
*) Prof. Dr. Elfindri, SE., MA. adalah seorang akademisi, pakar ekonomi, dan pengamat perguruan tinggi Indonesia dari Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat. Ia merupakan Guru Besar Ekonomi SDM Universitas Andalas