BANYAK orang jadi terinspirasi usai mengetahui kisah pengusaha sukses dan kaya raya. Lalu, apa jadinya jika orang yang jadi inspirasi itu terbukti berbohong ihwal caranya memupuk kekayaan?
Begitulah yang dialami oleh pengusaha Brazil, Eike Batista. Dahulu dia jadi idola dan inspirasi masyarakat karena punya tambang emas dan harta Rp 465 T. Namun, kini dia jadi hujatan orang karena caranya memupuk kekayaan ternyata berasal dari kelihaian berkorupsi dan nepotisme.
Di Brazil, Eike awalnya dianggap sebagai sosok pengusaha idola masyarakat. Dia yang sedang menempuh kuliah di Jerman mulanya berprofesi sebagai sales yang bekerja menjajakan barang dari pintu ke pintu. Namun, di tengah jalan dia mengambil langkah berani dan nekat, yakni berhenti kuliah dan kerja untuk bisnis emas di Brazil.
Kala itu, pada tahun 1980-an, di Brazil sedang terjadi booming emas dan membuat siapapun tergoda untuk bisnis ini, termasuk juga Eike. Dalam laporan BBC, Eike memulai bisnis emas dengan meminjam uang ke pengusaha berlian di Rio de Janeiro dan Sao Paulo.
Hasil pinjaman itu kemudian digunakan untuk membeli pertambangan emas. Tambang emas inilah yang kelak membuat Eike bergelimang harta. Sepanjang periode 1980-an, Eike semakin meluaskan bisnis dengan menjalin kerjasama tingkat global.
Mengutip Britannica, keuntungan dari bisnis emas ini kemudian dialihkan untuk membangun perusahaan energi, logistik, pembuatan kapal dan properti. Semua perusahaan ini kelak berada di bawah perusahaan induk EBX Group.
Kesuksesan ini lantas mengantarkan Eike sebagai miliarder dan sempat memuncaki daftar orang terkaya di dunia versi Forbes. Mengutip CNBC International, dia sempat memiliki harta mencapai US$ 30 miliar atau setara Rp 465 Triliun di masa kini.
Sayangnya, perjalanan panjang 30 tahun merintis bisnis hingga menjadi orang terkaya di dunia lenyap begitu saja hanya dalam waktu semalam. Ini bisa terjadi, sebagaimana ditulis situs World Finance, karena Eike salah perhitungan bisnis yang sangat sepele.
Kisah bermula di tahun 2013, kala itu dia terlibat dalam berbagai proyek infrastruktur dan pertambangan super rumit dan mahal. Masalahnya, proyek ini berlangsung saat perusahaannya mengalami kesulitan keuangan dan Eike juga alpa melihat prospek masa depan proyek.
Saat sedang menggarap proyek, dia baru sadar kalau pertambangan itu tidak bisa memberi keuntungan. Produksinya saja sangat rendah. Dia sudah keluar uang banyak, tapi hasilnya jauh dari yang diharapkan. Praktis dia pun merugi dalam jumlah besar.
Dari sinilah, kemunduran bisnis terjadi. Dia menjual kapal pesiar dan properti miliknya untuk menutupi kerugiannya. Sejak itu, hartanya mulai lenyap dari hari ke hari. Tidak berhenti disitu, kesalahan bisnis ini juga berhasil mengungkap tabir Eike yang selama ini ditutupinya.
Pada tahun 2017, di Brazil terjadi "Operation Car Wash" yang berupaya membongkar kasus korupsi partai politik. Nah, dalam pembongkaran ini, nama Eike disebut dan terbukti terlibat. Jadi, kerajaan bisnis dan kekayaan yang dibangunnya ternyata berasal dari korupsi dan nepotisme.
Eike diketahui kerap memanfaatkan relasi politiknya untuk memulai bisnis dan memanfaatkan kontrak proyek dari pemerintah. Tentu saja di dalam relasi ini terjadi aliran uang haram. Atas dasar inilah pengadilan menjatuhkan hukuman 30 tahun penjara pada 2018.
Namun, hukuman ini tidak membuat Eike kapok. Setahun kemudian, dia menjadi tersangka lagi di kasus manipulasi pasar yang menguntungkan dirinya hingga US$ 203 juta atau Rp 3,14 Triliun. Alhasil, pengadilan Brazil lantas menjatuhi hukuman 8 tahun penjara dan denda US$ 20 juta.
Kini, nama Eike pun keluar dari hingar bingar kapitalisme Brazil. Berkat kesalahannya, dia harus menghabiskan sisa hidupnya di balik jeruji besi.
#cnbc/bin