BALI -- 11th International Conference on Sustainable Energy Engineering and Application (ICSEEA 2024) menjadi ajang ilmiah berkumpulnya para ahli, peneliti dan pemimpin industri dari seluruh dunia. Mereka berbagi wawasan, inovasi, dan strategi dalam mempercepat transisi menuju masyarakat dekarbonisasi.

Kepala Pusat Riset Teknologi Industri Proses dan Manufaktur Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Hens Saputra menyatakan, ICSEEA 2024 adalah media untuk berkomunikasi antara BRIN dan stakeholder internasional, universitas dan industri. BRIN bisa mengenalkan hasil riset yang nantinya bisa diaplikasikan dalam skala industri.

"Kita bisa mengenalkan hasil riset yang nantinya bisa diaplikasikan dalam skala industri. Bagaimana energi dan manufaktur ini bisa mendukung pengurangan emisi menuju net zero emission,” ungkap Hens, di The Stones Hotel Legian, Badung - Bali, Rabu (28/2/2024).

Isu dekarbonisasi yang menjadi pembahasan, jelas Hens, adalah bagaimana mengurangi emisi karbon. “Kita tidak dapat segera mengganti energi dari fosil sekaligus. Kita mencari cara dengan memanfaatkan sumber-sumber energi baru terbarukan yang ada di Indonesia, seperti biofuel, sel surya, angin, dan mikrohidro. Lalu dikombinasikan, dan ini sedang dilakukan oleh periset BRIN,” jelasnya.

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko menekankan, Indonesia, khususnya melalui BRIN, berkomitmen memajukan penelitian dan inovasi ilmiah untuk mengatasi tantangan kompleks di dunia.

“BRIN adalah pendukung utama kebijakan berbasis ilmu pengetahuan dan bukti, termasuk kebijakan energi,” kata Handoko secara daring.

Hal ini untuk mempercepat transisi energi sebagai upaya mencapai tujuan kebijakan iklim. Melalui penguatan rantai pasokan energi dan keamanan, serta diversifikasi sumber energi.

Lebih lanjut Handoko menjelaskan, pemerintah Indonesia berupaya mempercepat pengembangan pembangkit listrik ramah lingkungan, pemanfaatan sumber energi terbarukan, dan penerapan konservasi energi. Serta, upaya mengeliminasi pembangkit listrik berbahan bakar batu bara, dan menggantikan dengan pembangkit berbahan bakar energi baru dan terbarukan.

“Kebijakan-kebijakan tersebut harus sejalan dengan kondisi energi nasional yang ada dan perlu mendukung transisi energi,” ujarnya.

Handoko menegaskan, komitmen pemerintah Indonesia untuk melakukan transisi energi telah diwujudkan pada KTT Presidensi G20 tahun 2022.

“Transisi energi menjadi salah satu isu utama yang sudah dibahas. Terkait isu transisi energi, KTT Presidensi G20 tahun 2022 telah berhasil menciptakan “Komitmen Bali” yang terdiri dari 9 prinsip percepatan transisi energi,” beber dia.

Dikatakan Handoko, panduan penting menuju SDGs 2030 yang kedua terkait dengan ketahanan dan keadilan proses transisi energi. Yakni, peta jalan transisi energi untuk mengupayakan keadilan dalam pelaksanaan transisi energi.

“Kedua dokumen ini menjadi panduan kita untuk mencapai agenda SDGs 2030, serta menetapkan peta jalan menuju net zero emission sesuai dengan kondisi nasional,” katanya.

“Indonesia menyadari pentingnya percepatan, pengembangan, dan penerapan kebijakan transisi ini untuk mencapai sistem energi yang berkelanjutan dan murah, serta komitmen mencapai emisi rendah karbon,” tambah dia.

Sebagai informasi, ICSEEA 2024 diselenggarakan oleh BRIN bersama Perhimpunan Periset Indonesia (PPI) hingga 29 Februari 2024. Konferensi bertajuk “Transforming Energy, Industry, and Transportation Technology Towards Decarbonized Society” ini turut mengundang pihak industri dari BUMN dan swasta. Diantaranya, Pertamina, PLN, Mitra Tel, Huawei, Paragon Corp, dsb.

“Kita undang mereka supaya bisa melihat juga risetnya sudah sampai mana dan mereka juga sharing apa yang sudah dilakukan,” papar Hens.

Pembicara utama dalam konferensi ini, antara lain Heri Hermansyah (Dekan Fakultas Teknik Universitas Indonesia), Shabbir H Gheewala (Professor at the Joint Graduate School of Energy and Environment (JGSEE) King Mangkul’s University of Technology Thonburi, Thailand), GM Shafiullah (Associate Professor at Murdoch University, Australia), dan Jelena Popovic (Associate Professor at University of Twente, Netherlands). 

#rel/ede




 
Top