By: Gus Raharjo #
PERILAKU marah-marah Prabowo di panggung debat, ternyata tidak dijadikan evaluasi dan intropeksi. Kemarahan itu justru dia tularkan kepada kader-kadernya untuk membakar kebencian. Ya, dalam rapat internal partai, Prabowo terlihat menyinggung momen dalam debat kemarin. Dia bilang: "Apa perasaan bapak melihat ada pelanggaran etik, etik....etikk... Ndasmu!" ujar Prabowo dengan nada mengejek.
BACA JUGA: JANGAN LUPA! Debat Capres 4 Februari 2024 Bahas Pendidikan!
Jujur saja aku kaget melihat vidio yang viral itu. Dalam hati aku cuma bisa berkata, orang ini memang tidak pernah berubah. Bahkan lebih mengejutkan lagi, ucapan Prabowo justru disambut tepuk tangan riuh, dan semua orang di ruangan itu tampak tertawa gembira.
Apa yang disinggung Prabowo adalah pelanggaran etik berat mantan ketua Mahkamah Konstitusi yang sudah meloloskan Gibran jadi cawapres. Tentu ini sangat miris. Etika yang mestinya menjadi landasan penting bagi seseorang dalam berpolitik, justru dihina dan direndahkan.
Mungkin ini menyangkut karakter. Aku tidak mengatakan Prabowo tidak beretika, namun umpatan "Ndasmu" yang diucapkan dengan lantang dalam forum rapat saja menurutku sudah menunjukkan watak arogansinya yang sangat primitif.
Ketika etika tidak diindahkan, apalagi sampai dihina, seorang calon pemimpin sudah pasti akan berbuat seenaknya dan bakal menabrak apapun. Dalam kontestasi pemilu misalnya, dia sudah pasti akan dengan enteng berbuat kecurangan dan lain-lain.
Bayangkan jika seseorang yang tak lagi menghargai etika kemudian menduduki posisi tertinggi di negara ini. Sudah pasti dia akan dengan enteng melakukan korupsi, membuat kebijakan semaunya, berbuat sewenang-wenang, dan lain-lain. Bung, pemimpin itu sudah pasti punya kesempatan yang sangat besar untuk mengeruk duit rakyat, dan hanya etika lah yang bisa mencegah semua itu!
BACA JUGA: Sikap "Konyol" dan "Aneh" Cawapres Nomor Urut 2 Dapat Teguran KPU!
Dengan alat negara, pemimpin juga bisa membungkam bahkan memusnahkan orang-orang yang dianggap pengacau hanya karena pemikirannya yang kritis. Bangsa ini punya masa lalu yang kelam soal itu, dan lagi-lagi hanya etika dan moral pemimpin lah yang bisa mengendalikan semua itu.
Terus terang, itu sangat mencemaskan. Aku tahu mungkin tulisan ini tidak akan berarti apa-apa, tapi paling tidak aku pribadi bisa sedikit merasa lega. Pada akhirnya, kita pun cuma bisa ber
harap dan terus berharap, bangsa ini memiliki pemimpin yang bisa mawas diri, menjunjung nilai-nilai luhur, dan benar-benar bisa memegang jabatan sebagai mandat dari rakyat.
#Penulis adalah pengamat politik sekaligus penggiat media sosial