JAKARTA -- Bocah berinisial FAA (12 ) diduga menjadi korban "bullying" atau perundungan oleh teman sekolahnya hingga kaki kirinya harus diamputasi. Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mengambil langkah untuk mendatangi sekolah menangani kasus tersebut.

"Rencananya mungkin kalau gak besok atau lusa dari Komnas Perlindungan Anak akan datang ke rumah korban sekaligus kita mau datang ke pihak sekolah yang ada di Jatimulya itu," kata Pejabat Sementara (Pjs) Ketua Umum Komnas PA, Lia Latifah, kepada awak media di Jakarta, Selasa (31/10/2023).

BACA JUGA: Siswi SD di Jaksel Tewas Jatuh dari Lantai 4, Polisi Dalami Dugaan Korban Bully

Korban diketahui bersekolah di sekolah negeri yang ada di Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. Peristiwa perundungan itu diketahui terjadi pada Februari 2023.

1. Akan konfirmasi tindak lanjut sekolah atas peristiwa ini

Komnas PA, kata Lia, akan mengonfirmasi kepada sekolah apakah benar laporan bullying dari keluarga korban tidak ditindaklanjuti. Pihaknya juga ingin memastikan apakah sekolah, baik guru maupun wali kelas FAA benar mengetahui kasus ini.

"Yang pasti kita akan mempetanyakan kepada pihak sekolah apakah benar ada laporan dari pihak keluarga dan apakah benar ada pihak sekolah atau guru wali kelas yang mendapatkan laporan dari anak ini, apakah dia sering di-bully?," katanya.

Komnas PA juga ingin memastikan apakah pihak sekolah sudah melakukan pemanggilan terhadap pelaku perundungan FAA. Pasalnya, menurut dia sekolah punya peran memberikan pemahaman bahwa tindakan para pelaku sudah memakan korban.

"Itu yang nanti kita crosscheck," katanya

2. Korban tak langsung mengadu ke orangtua

Lia mengatakan, dari informasi sementara, kasus perundungan ini terjadi di luar sekolah. Korban juga diketahui tidak langsung melapor ke ibunya usai ditendang teman-temannya. Namun ternyata kakinya semakin sakit sehingga orangtua mengadukan kasus ini ke sekolah.

Sementara, ibu FAA, yakni Diana Novita (40) yang tengah mencari keadilan untuk putranya, mengungkapkan FFA menjalani sekolah jarak jauh karena kejadian itu. Anaknya itu baru mengatakan kejadian yang menimpa usai diminta.

"Kejadian itu bulan Februari ketika FFA masih kelas 6 SD, lalu jam istirahat sekolah, jam setengah 10 dia diajak keluar jajan (oleh temannya)," katanya saat dikonfirmasi, Selasa (31/10/2023) kemarin. Oleh lima temannya FFA diajak jajan di luar sekolah.

Namun, di tengah perjalanan, putranya tersebut mendapat perlakuan tak menyenangkan dan kakinya di-sliding oleh temannya. FAA pun mengalami luka di bagian tangan dan memar pada dengkul kaki.

Usai dibully, FFA justru diminta teman-temannya untuk tidak mengadukan hal tersebut kepada orangtuanya dan pihak sekolah.

"FFA mulai di-bully, maksudnya (perundungan verbal), 'Jangan nangis', 'enggak usah ngadu sama Mama', 'enggak usah ngadu sama guru', seperti itu," ucap Diana.

FFA kemudian ditinggal oleh kelima temannya, hingga sang anak harus ngesot demi mencari es batu lantaran mengeluhkan sakit di tangannya.

"Nah, mereka lanjut jajan, FFA itu ngesot sendiri mencari es batu, karena tangannya sakit, merah. Dia enggak jadi jajan, balik ke kelas," ucapnya.

Ironisnya, temannya bukan menolong, tapi justru menertawakan dan mengolok-oloknya seraya mengancam.

BACA JUGA: Dua Tahun "Di-bully" Sejumlah Guru dan Teman Sekelas, Siswi SMA di Bengkulu Jadi Takut ke Sekolah

Aksi bullying itu berlanjut hingga kembali ke kelas kendati teman-temannya melihat FFA yang tengah kesakitan.

"Sampai di kelas, diperolok lah lagi dengan teman-temannya sampai memperagakan Fatir jatuh," imbuhnya.

diana mengungkapkan, putranya sudah berulang kali menjadi korban pembullyan.

Begitupula dengan hari-hari berikutnya, tindakan bullying masih terus berlangsung. Ia baru mengetahui kejadian anaknya tersebut setelah tiga hari pasca kejadian.

FFA tidak bisa bangun dari tempat tidurnya karena merasakan sakit pada kaki kirinya.

Menurut Diana, putranya menutup-nutupi apa yang dialaminya lantaran ketakutan karena diancam oleh teman-temannya.

Diana memaksa sang anak untuk bercerita.

"Lukanya itu tidak ada, tapi kakinya kayak memar, saya desak Fatir bicara akhirnya diceritakanlah kronologinya," imbuhnya.

Diana lalu membawa anaknya berobat ke klinik terdekat dan diberikan pereda nyeri, tetapi tidak ada perubahan.

"Di rontgen dan dirujuk ke MRI, didiagnosis ada infeksi dalam itu pada akhir Maret, karena prosesnya enggak cepat, kami berusaha obati dulu," imbuhnya.

3. FFA didiagnosa kanker tulang

Berbagai upaya pengobatan medis dilakukan tapi tidak kunjung membuahkan kesembuhan, bahkan kondisi FFA semakin memburuk.

Puncaknya pada Agustus 2023, FFA harus menelan pil pahit kaki kirinya harus diamputasi karena didiagnosis kanker tulang.

Diana mengatakan, dari keterangan dokter, salah satu pemicu penyakit tersebut karena adanya benturan.

"Iya (kata keterangan dokter) ada (pemicunya karena jatuh), pemicunya benturan," tuturnya. 

Hasil pemeriksaan sebelumnya di RS Hermina, diagnosis berupa infeksi bagian dalam.

Upaya mencari second opinion sebelum dilakukan tindakan operasi ke sejumlah RS lain, seperti RS Pondok Indah dan RS Cipto Mangunkusumo juga telah dilakukan.

Itu karena kondisi kaki FFA yang terus memburuk tindakan amputasi harus dilakukan dan dirujuk ke RS Dharmais.

Lanjut Diana menjelaskan, dokter di RS Dharmais memutuskan melakukan tindakan operasi amputasi, karena kondisi kaki FFA yang dalam observasi terakhir didiagnosis kanker tulang.

"Informasi dari dokter, benturan dan cedera yang dialami Fatir memicu aktif munculnya kanker tulang dan sekarang sudah menyebar dan terjadi pendarahan, jadi harus diamputasi," pungkas Diana.

Diana menyatakan operasi amputasi merupakan jalan terakhir yang diambil karena sejumlah pemeriksaan di 3 rumah sakit berbeda mulai dari rontgen, hingga MRI, menyatakan hasil yang sama.

"Saya dan keluarga terpukul dengan kejadian ini, apalagi anak saya masih berusia anak-anak dan masa depannya masih panjang. Saya berharap keadilan atas kasus yang menimpa anak saya," ucap Diana.

4.Ortu korban bullying kehilangan pekerjaan

Tidak sampai disitu, Diana yang berstatus single parents dengan dua orang anak ini harus kehilangan pekerjaannya, karena harus mendampingi FFA untuk menjalani pengobatan dan perawatan.

Upaya mencari keadilan juga telah dilakukan mulai dari melaporkan ke pihak sekolah hingga ke Polres Metro Bekasi.

"Saya sudah lapor ke Polres Metro Bekasi pada 17 April 2023. Laporan ini karena saya tidak mendapatkan keadilan dan jalan keluar dari pihak sekolah maupun keluarga pelaku atas aksi bullying dan dampaknya yang sedang dialami anak saya," jelas warga Jatimulya ini.

5. Wakepsek bantah FFA korban bullying

Atas kejadian ini, Diana sudah menemui pihak sekolah agar dipertemukan dengan keluarga pelaku.

Namun, apa yang dialami FFA justru seolah diremehkan dan kejadian bullying tersebut dianggap hanya bagian dari bercandaan antar teman.

"Saya sangat kecewa dengan kondisi anak saya yang sedang sakit dan harus terus menjalani pengobatan tapi dianggap bukan sesuatu yang buruk.

Aksi bullying yang dilakukan teman-temannya di kelas juga dianggap hanya sebuah bercandaan," tegas Diana

Sementara, Wakil Kepalas SDN Jatimulya 09 Kecamatan Tambun Selatan, Bekasi, Jawa Barat, Sukaemah membantah soal siswa yang menjadi korban perundungan hingga kaki diamputasim

"Tadi kami sudah berklarifikasi, kami tidak ada perundungan sama sekali dan prosesnya sudah ke hukum, jadi kami sedang menunggu proses hukum," kata Wakil Kepala SDN Jatimulya 09 Sukaemah, Selasa (31/10/2023). Dikutip TribunSumsel dari TribunJakarta.com

Lebih lanjut, Sukaemah menjelaskan kejadian yang menimpa korban.

Ketika itu, FAA diselengkat oleh salah satu temannya saat jalan menuju ke kantin.

Hal ini yang diduga dianggap oleh orangtuanya sebagai perundungan.

Menurut Sukaemah aksi tersebut dilakukan siswa hanya bercanda bukan perundungan.

"Mereka bercanda, bercanda, main terus jajan, jadi kalau untuk perundungan kayanya terlalu jauh," terangnya.

Namun, beberapa hari setelah insiden itu, FAA memang dikabarkan sakit pada kakinya.

Bahkan dia harus mendapatkan perawatan intensif.

Pihak sekolah, lanjut Sukaemah, tetap memenuhi hak belajar FAA sampai dia dinyatakan lulus sekolah dasar dan lanjut ke sekolah tingkat menengah.

"Ujian kami ke rumahnya, masuk SMP juga lewat kita jadi semua kita fasilitasi, sampai dia masuk SMP 4 kita dampingi," terangnya.

Tak hanya itu saja, Sukaemah juga mengungkapkan sosok FAA yang dikenal aktif dan pintar.

"FFA itu anak pintar anak cerdas, pasti kalau diinikan temannya pasti lapor sama Bu Gurunya, tapi selama ini enggak ada," tegasnya.

Kendati begitu, pihak sekolah tetap menghormati proses hukum yang telah dilayangkan orang tua FAA ke Polres Metro Bekasi terkait dugaan bullying.

"Sudah masuk ke kepolisian, mungkin nanti diproses hukum ya nanti di kepolisian," jelasnya.

#idn/bin






 
Top