PADANG -- Areal ditemukannya tumpukan bebatuan yang diduga "columnar joint" atau kekar kolom di Padang Pariaman, Sumatera Barat (Barat) direkomendasikan untuk dijadikan kawasan cagar alam geologi.

Menurut Ahli Geologi dan Vulkanologi, Ade Edward, pemerintah daerah (pemda) setempat sebaiknya segera mengajukan lokasi temuan tumpukan bebatuan menjadi kawasan cagar geologi ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

"Pemerintah harus segera mengajukannya agar ditetapkan menjadi kawasan cagar geologi atau geoheritage nasional," ungkap Ade Edward kepada awak media di Padang, Jumat (13/10/2023) lalu. 

Sebelumnya, masih di kawasan Sumatera, juga ditemukan kekar kolom di Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Bahkan baru-baru ini Geopark Merangin masuk dalam UNESCO Global Geoparks.

Mengingat columnar joint di Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, tergolong unik dan langka, Ade yang tergabung dalam Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) tersebut mendesak pemerintah segera mengambil tindakan untuk melindungi temuan itu.

Sementara terkait situs prasejarah yang sama di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat, Ade menegaskan bahwa yang ditemukan di Kabupaten Padang Pariaman berbeda. Menurutnya, kekar kolom di Gunung Padang tidak atau kurang sempurna jika dibandingkan temuan di Kabupaten Padang Pariaman. Kemudian untuk ukuran atau dimensi batuan yang berbentuk balok di Gunung Padang juga relatif besar. Sementara di Padang Pariaman berkisar 30 hingga 40 sentimeter.

Tidak hanya itu, situs Gunung Padang juga kental dengan hasil kebudayaan manusia atau hasil peninggalan yang dibuat langsung oleh manusia. Sementara kekar kolom di Padang Pariaman hingga saat ini belum ditemukan bukti kuat adanya campur tangan manusia.

Ade Edward di lokasi
Hanya saja, katanya, masyarakat di sekitar lokasi penemuan kekar kolom di Kecamatan Lubuk Alung tersebut diketahui sudah mengambil batu-batu itu untuk dijadikan batu nisan sejak lama.

Sebelumnya, sebuah objek diduga situs bebatuan kekar kolom (columnar joint) ditemukan warga di Bukik Paladangan, Korong Surantiah, Nagari Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Lokasi penemuannya ini juga berada di kawasan perbukitan tambang galian C.

Wali Nagari Lubuk Alung Landi Efendi membenarkan penemuan ini. Ia mengatakan penemuan ini sudah satu pekan ditemukan oleh masyarakatnya.

"Benar ada penemuan diduga columnar joint. Tapi belum bisa dipastikan. Karena butuh waktu para ahli memastikan," kata Landi Efendi kepada awak media, Jumat (15/10/2023).

Saat ini menurutnya aktivitas dan akses ke lokasi diduga columnar joint juga sudah ditutup. Alasan penutupan itu karena ada aktivitas tambang galian C di area itu.

"Di bukit itu biasanya ada tanaman seperti petai dan jengkol. Selain itu area itu dikelilingi oleh tambang galian C. Karena ada temuan ini, pemerintah kami sudah menutup akses ke sana dan telah disanggupi pengelolaan tambang. Sampai ada kepastian apa itu benar columnar joint atau tidaknya," ungkapnya.

"Kemarin, pihak terkait juga sudah turun ke lokasi. Melihat temuan ini. Kami dari perangkat daerah mendorong untuk secepatnya ditetapkan. Apakah ini memang columnar joint. Kalau iya biar cepat dilindungi," sambungnya.

Terkait bentuk benda yang ditemukan di area tumpukan bukit itu, Landi menyebut mulai dari lesung batu, balok batu sepanjang dua meter, batu yang garis lurus, dan batu berbentuk persegi empat.

Sedangkan untuk luas area itu, dia belum bisa merincikan. Karena menurutnya masih berkemungkinan beda diduga columnar joint tertimbun di beberapa bukit di sekitar itu.

"Kami menyakini masih banyak yang tertimbun dan di sekitar Korong Surantiah ini juga sangat sering masyarakat menemukan benda diduga peninggalan zaman dahulu," katanya.

Landi berharap Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar dan beberapa dinas terkait dalam waktu dekat bisa memastikan kebenaran temuan ini. Menurutnya hal ini juga bisa memastikan aktivitas tambang di area itu, apakah boleh dilanjutkan atau tidaknya.

#dtc/spr/ede






 
Top