JAKARTA -- Partai Golkar mengaku tak masalah jika kadernya dilirik koalisi lain untuk diusung. Sudah menjadi hal biasa jika kader partai lambang pohon beringin itu diusung pihak lain di pemilihan presiden (pilpres).
Hal itu disampaikan Wakil Ketua Umum (Waketum) Golkar Melchias Markus Mekeng menyikapi potensi koleganya, Ridwan Kamil atau RK dilirik PDI Perjuangan menjadi pendamping Ganjar Pranowo. Menurut dia, pengalaman serupa pernah dialami Golkar saat Jusuf Kalla berduet dengan Presiden keenam Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Pilpres 2004.
"Saat itu JK tidak bawa Golkar tapi akhirnya kembali ke Golkar dan jadi Ketua Umum. Jadi tidak apa (RK dipinang Ganjar)," kata Mekeng seperti dilansir dari Media Indonesia, Jumat (9/9/2023).
Mekeng menduga ada beberapa alasan RK dilirik jadi pendamping Ganjar. Salah satunya, RK memiliki pengaruh dan basis massa yang besar di Jawa Barat.
Di sisi lain, RK dinilai berat disandingkan dengan capres dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) Prabowo Subinto. Sebab, RK dan Prabowo kuat di Tanah Pasundan.
"Tinggal dihitung rugi secara politik lumayan kuat di Jawa Barat. Sedangkan Prabowo kuat di Jawa Barat tapi lemah di Jawa Tengah dan Timur jadi menurut saya (RK) dengan Prabowo agak tipis," ungkapnya.
Saat ditanya kemungkinan RK melanggar keputusan Munas Golkar yang sudah memutuskan mengusung Airlangga Hartarto sebagai capres, Mekeng menyebut hal tersebut tidak begitu saja terjadi. Menurut dia, tingkat kepatuhan kader harus dinilai dari berbagai aspek.
"Soal patuh tidak patuh harus banyak aspek yang dilihat. Biarkan saja berproses yang penting baik untuk ketenangan negara ini hilangkan polarisasi," ujar dia.
#mdc/bin