JAKARTA -- Kelompok massa tergabung dalam Satgas Pemburu Koruptor kembali menyambangi Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (8/7/022).
Massa melakukan aksi teatrikal dengan membawa dus berisi jamu 'Tolak Angin' yang diserahkan kepada lembaga antirasuah serta mengusung spanduk bergambar produk jamu. Mereka mendesak supaya pimpinan KPK serius menuntaskan kasus dugaan korupsi Formula E.
Koordinator Aksi, Ali Ibrahim menjelaskan jamu tersebut dibawa khusus untuk KPK agar tidak 'masuk angin' dalam mengungkap kasus Formula E yang hingga kini tak kunjung ada kejelasan untuk peningkatan status ke tahap penyidikan.
"Kepercayaan publik ke KPK makin luntur karena pergerakannya sangat lamban, dan seperti tidak transparan dalam penyelidikan kasus Formula E. Atau jangan-jangan masuk angin, itu jadi kecurigaan masyarakat. Makanya kami kasih jamu Tolak Angin," kata Ali.
Selain itu, Ali Ibrahim juga menyampaikan orasi-orasinya agar penyidik lembaga antirasuah itu tidak loyo di proses finishing touch dalam mengusut dugaan skandal balap mobil listrik tersebut. Publik, katanya, memiliki harapan tinggi terhadap profesionalitas KPK.
"KPK adem ayem, seperti diam-diam saja. Kapan pihak-pihak terkait mulai dari Gubernur Anies, Jakpro, Bank DKI, Dispora dan FEO Formula E," tuturnya.
Oleh karena itu, pihaknya berkomitmen untuk terus mengawal kasus Formula E ini hingga tuntas dan pihaknya memastikan bahwa sesungguhnya rakyat Indonesia berada di belakang KPK,
"Jamu tolak angin ini sebagai simbolik saja supaya KPK tetap kuat dan tidak masuk angin, serta tak mudah di intervensi. Rakyat saja sudah memberikan dukungan, jadi gak usah takut-takut. Tak perlu ragu, tidak ada yang kebal hukum di negeri ini," jelasnya.
Menurutnya, pihaknya terus memantau perkembangan demi perkembangan penyelidikan kasus Formula E ini. Namun ia menyayangkan kenapa KPK sangat lamban untuk menaikkan status kasus Formula E ini ke tahap penyidikan.
Saat ini, katanya, berbagai pihak menyoroti sikap tertutup pihak Jakpro dan Pemprov DKI Jakarta terkait feasibility Study Formula E dan hal ini menjadi tanda tanya.
"Apakah ini bagian dari upaya sementara untuk tidak mau bersikap terbuka dari mereka, lantaran KPK masih landai-landai santai-santai bak lagi di pantai," tuturnya.
Sementara itu, tambahnya, antusias masyarakat atas pengungkapan dugaan korupsi dalam kasus balap mobil listrik itu oleh KPK sangat tinggi dan ditunggu-tunggu oleh KPK.
"Aksi kami tidak akan gentar untuk mundur sejengkal pun. Meski ada upaya penggembosan, tapi kami tetap minta KPK juga tidak takut untuk menyuarakan kebenaran. Kami heran, dimana pegiat anti korupsi selama ini. Da mati kah?," pungkasnya.
Selain di Gedung Merah Putih KPK, massa Satgas Pemburu Koruptor juga menggelar aksi serupa di Kantor Bank DKI dan BPK Provinsi DKI Jakarta.
Di Bank DKI, mereka mendesak KPK untuk mengusut tuntas dugaan praktek ijon, dana pinjaman Bank DKI ke Panitia Formula E.
"KPK harus segera panggil pihak Bank DKI untuk dimintai keterangan soal praktek ijon ke panitia Formula E. Bank DKI termasuk pihak yang ikut bertanggung jawab," katanya lagi.
Demo SPK
Kelompok massa tergabung dalam Satgas Pemburu Koruptor kembali menyambangi Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (8/7/2022).
Sementara itu saat di BPK, pendemo mempertanyakan dokumen feasibility study atau studi kelayakan Formula E yang tak kunjung ada kejelasan. Padahal, belakangan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengungkap ada utang commitment fee dari dokumen itu. Ketahuan ajang ini masih utang Rp90,7 miliar untuk commitment fee.
"Ada keanehan, dari situ kita bisa tahu perhitungan untung rugi dan dampak ekonomi dalam kondisi pandemi. Mengapa harus disembunyikan? BPK dan KPK bisa cari celah dari sini, kenapa jadi kucing-kucingan," pungkasnya.
#tgr/bin