MELANTUNKAN bacaan Al-Qur’an dengan suara indah memang suatu kelebihan tersendiri. Rasulullah SAW menganjurkan bacaan Al-Qur’an dengan suara yang indah. Hal ini disebutkan dalam salah satu hadis riwayat al-Hakim dalam al-Mustadrak-nya. عن البراء رضي الله عنه ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : زينوا القرآن بأصواتكم ، فإن الصوت الحسن يزيد القرآن حسنا.
Artinya, “Dari al-Barrā’ RA, berkata: Rasulullah SAW bersabda: Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu, karena sesungguhnya suara yang bagus akan menjadikan bacaan Al-Qur’an bertambah bagus pula.” (al-Hakim, al-Mustadrak, [Beirut: Darul Maʽrifah, t.t], j. 1, h. 575)
Hal ini diperkuat dengan pernyataan Imam an-Nawawi dalam al-Adzkar an-Nawawi-nya. ويستحب تحسين الصوت بالقراءة وتزيينها
Artinya, “Disunnahkan memperindah suara bacaan Al-Qur’an dengan menghiasinya (dengan nada atau irama).” (Muhyiddin Abu Zakariya an-Nawawi, al-Adzkar an-Nawawi, [Beirut: Dar al-Kutb al-Islamiyah, 2004], j. 1, h. 166)
Namun, kesunahan memperindah bacaan itu bukan berarti tanpa batasan. Para ulama menetapkan koridor tertentu dalam memperindah bacaan Al-Qur’an, yaitu selama tidak melampaui batas.
Yang dimaksud melampaui batas dalam hal ini adalah menggunakan lagu atau irama yang justru tanpa sadar keluar dari kaidah tajwid sehingga dapat merubah bacaan Al-Qur’an, baik merubah bacaan hurufnya, harakatnya dan lain sebagainya.
ما لم يخرج عن حد القراءة بالتمطيط ، فإن أفرط حتى زاد حرفا أو أخفى حرفا ، هو حرام. وأما القراءة بالألحان، فهي على ما ذكرناه إن أفرط، فحرام، وإلا فلا
Artinya, “Selama tidak melampaui batas, jika melampaui batas sehingga menambah huruf secara jelas atau huruf yang sama, maka haram. Adapun membaca dengan nada atau irama maka hukumnya sebagaimana yang kami jelaskan di atas: jika melampaui batas, haram hukumnya. Jika tidak, maka boleh.” (Muhyiddin Abu Zakariya an-Nawawi, al-Adzkar an-Nawawi, [Beirut: Dar al-Kutb al-Islamiyah, 2004], j. 1, h. 166)
Dari beberapa referensi di atas, bisa disimpulkan bahwa membaca Al-Qur’an dengan irama, jika tidak mengubah bacaan Al-Qur’an (menambah huruf secara jelas atau samar, tidak sesuai harakat dari bacaan), maka lebih utama karena dapat memperindah Al-Qur’an juga.
Namun jika menggunakan irama atau lagu justru mengakibatkan takalluf (pemaksaan) atau malah mengubah dan merusak huruf dan makna Al-Qur’an, maka lebih baik tidak menggunakannya. Apalagi jika yang membaca Alquran dengan nada dan irama tersebut (maaf) belum memiliki bekal ilmu bahkan sama sekali belum mengenal apa itu Tajwid atau semata baru mengenal huruf Arab tanpa mengetahui aturan panjang dan pendek (harakat), kategori huruf, cara berhenti, mengambil nafas hingga membedakan karakteristik huruf-huruf dalam Alquran.
Sebagai referensi, Ilmu Tajwid adalah ilmu dasar bagaimana supaya benar membaca Alquran sesuai kaidah. Secara harfiah, tajwid berarti memperbagus, membuat indah, atau mengelokkan bacaan (Alquran).
Tajwid merupakan turunan dari ilmu qiraat, atau ilmu membaca Alquran. Dalam pengertian sederhana, tajwid berguna agar kita tidak salah dalam mengucap huruf dalam Alquran. Termasuk itu tadi, yakni aturan panjang dan pendek (harakat), kategori huruf, cara berhenti, mengambil nafas hingga membedakan karakteristik huruf-huruf dalam Alquran.
Secara hukum, minimal tilawah dengan nada dan irama berhukum makruh karena takalluf, dan dapat menjadi haram jika melanggar kaidah tajwid.
Panjang Pendek Harakat Merubah Arti dan Makna Alquran
Mempelajari bahasa arab harus benar benar memahami panjang pendek harakat hurufnya. Beberapa huruf dalam tulisan arab yang kalau dibaca panjang akan memiliki arti yang berbeda dengan keadaannya saat dibaca pendek. Dalam beberapa kasus Bahkan artinya berkebalikan makna bila asal membacanya. Kita akan memberikan contoh adalah huruf LAM (ل).
Jika huruf LAM ini dibaca pendek saja dan tidak diberi alif di depannya, maka artinya adalah SUNGGUH. Seperti yang di pelajari dalam ilmu nahwu dengan istilah Huruf Lam Taukid.
Namun, jika huruf LAM ini dibaca panjang (diberi huruf alif didepannya, menjadi “لا”), maka artinya berubah menjadi JANGAN atau TIDAK. HURUF LA “لا” yang bermakna TIDAK dikenal dengan istilah HURUF LA NAFI, sedangkan yang bermakna JANGAN dikenal dengan istilah HURUF NAHI.
Oleh karena itu, kita harus teliti dalam membacanya. Terutama saat membaca Al-Qur’an. Jangan sampai makna ayat yang kita baca jadi berbeda jauh dari yang sebenarnya.
Misalnya, terkadang ada seorang imam dalam sholat membaca ayat ke- 5 dari QS. Adh-Dhuhaa begini:
و لا سوف يعطيك ربك فترضى
Padahal yang benar mestinya begini:
و لسوف يعطيك ربك فترضى
Kalau yang pertama tadi artinya: “Dan kelak Tuhan-mu TIDAK akan memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas.”
Adapun yang kedua (yang benar) artinya: “Dan kelak Tuhan-mu SUNGGUH pasti akan memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas.”
Atau, dalam QS. Al-Kaafiruun ayat 2, jangan sampai kita membacanya begini:
لأعبد ما تعبدون
Sebab, maknanya menjadi: “Aku SUNGGUH akan menyembah apa yang kamu sembah”.
Mestinya kita baca begini:
لا أعبد ما تعبدون
Sehingga artinya menjadi: “Aku TIDAK akan menyembah apa yang kamu sembah”.
Ini hanya sekadar contoh. Semoga semakin membuat kita semangat untuk BELAJAR BAHASA ARAB, agar kita terhindar dari kesalahan-kesalahan yang seperti ini. Minimal lebih terjaga.
7 Irama dan Seni Membaca Alquran
Lazimnya, terdapat sejumlah irama baca Alquran dan seni baca Alquran yang bisa diterapkan dengan mudah.
Seni membaca Alquran ini dikenal juga dengan An-Naghom fil Quran yang artinya memperindah suara saat tilawah atau membaca Alquran.
Bacaan ayat suci Alquran bakal lebih indah dan merdu saat disenandungkan dengan langgam Alquran ini. Orang-orang yang mendengarkan lagu tilawah Alquran ini juga bakal mudah tersentuh.
Seni baca Alquran ini bisa dilakukan dengan menggunakan sejumlah irama atau lagu tilawah quran.
Terdapat 7 lagu, irama dan seni membaca Alquran yang dapat membantu Anda menyenandungkan ayat suci dengan lebih merdu.
1. Irama Bayyati
Irama dengan menggunakan lagu bayyati dikenal juga toha. Irama bayyati ditandai dengan suara yang lembut meliuk-liuk, memiliki gerak lambat dengan pergeseran nada yang tajam waktu turun naik dan sering terjadi secara beruntun.
Irama bayyati memiliki empat tingkatan nada. Biasanya irama ini digunakan sebagai lagu pembuka dan penutup.
2. Irama Hijaz
Irama Hijaz bersifat allegro yakni ringan, cepat, lincah. Irama ini juga memiliki variasi turun naik yang tajam.
3. Irama Shaba
Irama dengan lagu Shaba juga memiliki sifat allegro yakni gerak irama yang ringan. Namun, irama ini cenderung lebih mendatar tapi bisa menggugah emosi pendengarnya. Irama shaba memiliki empat variasi atau tingkatan nada.
4. Irama Rast
Irama dengan lagu Rast memiliki enam tingkatan nada. Saat tilawah Alquran, Irama ini memiliki karakter yang ringan dan cepat. Biasanya irama Rast dipakat untuk kumandang azan maupun imam salat.
5. Irama Jiharkah
Irama dengan lagu Jiharkah memiliki karakteristik dengan suara minor yang khas lalu dilanjutkan dengan nada yang tinggi. Irama jiharkah memiliki dua tingkatan nada.
6. Irama Sika
Irama dengan lagu Sika memiliki sifat grave yaitu gerak lembut dan lebih khidmat. Terdapat empat jenis nada sika yang bisa digunakan.
7. Irama Nahawand
Irama dengan lagu Nahawand sering kali disenandungkan pada ayat-ayat Alquran yang sedih. Terdapat lima tingkatan nada pada irama Nahawand.
Sepanjang tidak keluar dari kaidah tajwid, Anda bisa menggunakan seni baca Alquran dengan menggunakan sejumlah irama atau lagu saat tilawah Alquran. Langgam Alquran ini juga bisa dikombinasikan satu sama lain agar lebih indah dan merdu.
###