Aneka produk ritel pada salah satu toko swalayan tengah ditinjau oleh Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldi selepas prosesi pengguntingan pita toko swalayan baru tersebut. voi.id |
BI melaporkan, penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) pada April 2021 berada di 220,4. Naik 17,3% dibandingkan bulan sebelumnya (month-month/mtm) dan 15,6% dari April 2020 (year-on-year/yoy).
Kali terakhir penjualan ritel mampu tumbuh positif secara tahunan adalah pada November 2019. Artinya, kontraksi sudah terjadi selama 16 bulan beruntun dan baru terputus bulan ini.
"Responden menyampaikan peningkatan kinerja penjualan eceran didorong meningkatnya permintaan selama Ramadan didukung berbagai program potongan harga (diskon). Peningkatan penjualan terjadi pada mayoritas kelompok komoditas yang disurvei, terutama Subkelompok Sandang, Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau serta Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor," sebut laporan BI.
Pada Mei 2021, penjualan ritel diperkirakan mampu kembali tumbuh positif baik secara bulanan maupun tahunan. BI memperkirakan IPR Mei 2021 sebesar 223,9, naik 1,6% mtm dan 12,9% yoy.
Perbaikan penjualan ritel disebabkan oleh pemulihan ekonomi yang berjalan di jalur yang tepat. Seperti diketahui, April 2020 adalah titik nadir kala pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) sedang ganas-ganasnya. Kala itu, ekonomi Tanah Air 'mati suri' karena pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Setahun kemudian, meski pandemi belum pergi, tetapi situasi sudah jauh lebih baik. Kini Indonesia punya 'senjata' dalam melawan virus corona yaitu vaksin.
Per 8 Juni 2021, jumlah vaksin yang sudah disuntikkan ke lengan rakyat Indonesia adalah 29.616.507 dosis. Jika efektif, vaksin akan membentuk kekebalan tubuh untuk menangkal serangan virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu.
Kehadiran vaksin membuat pemerintah berani mengendurkan pembatasan sosial. Misalnya, pusat pebelanjaan dan restoran sudah boleh beroperasi meski kapasitas pengunjung dibatasi maksimal 50% dan harus tutup pukul 21:00 WIB. Namun tentu jauh lebih baik ketimbang ditutup total bukan?
Mengutip laporan Covid-19 Community Mobility Report keluaran Google, rata-rata tingkat kunjungan masyarakat Indonesia ke tempat perbelanjaan ritel dan rekreasi sepanjang April 2021 adalah 14,23% di bawah normal. Jauh lebih baik dibandingkan rerata April 2020 yaitu 38,77% di bawah hari biasa.
Pada Mei 2021, tingkat kunjungan jauh lebih baik lagi yaitu rata-rata 2,16% di bawah normal. Setahun sebelumnya, tingkat kunjungan anjlok 37,81% di bawah situasi sebelum pandemi.
Dari sini sudah terlihat bahwa penjualan ritel yang tumbuh positif punya dasar yang kuat.'Roda' ekonomi sudah berputar kembali sehingga berbaga sektor merasakan berkahnya, termasuk ritel.
Oleh karena itu, nikmat yang kita rasakan sekarang harus dijaga. Jangan sampai kasus positif corona melonjak sehingga pemerintah terpaksa kembali memperketat pembatasan sosial.
Ini yang kudu diwaspadai, karena ada gejala kasus positif corona naik lagi. Per 9 Juni 2021, Kementerian Kesehatan mencatat jumlah pasien positif corona di Tanah Air adalah 1.877.050 orang. Bertambah 7.725 orang dari hari sebelumnya, penambahan harian tertinggi sejak 26 Februari 2021.
Dalam 14 hari terakhir, rata-rata tambahan pasien positif corona adalah 6.131 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata dua pekan sebelumnya yakni 4.501 orang saban harinya.
Perkembangan ini kudu disikapi dengan serius bin hati-hati. Apalagi kalau melihat negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura yang kembali mengetatkan pembatasan sosial karena peningkatan kasus positif corona.
Jika kondisi semakin memburuk, bukan tidak mungkin Indonesia menerapkan kebijakan serupa. Ketika ini terjadi, maka penjualan ritel (dan ekonomi secara keseluruhan) akan kembali 'tiarap'.
#cnbcindonesia