PASA PIAMAN dimaksud adalah Pasar Pariaman, letaknya bersebelahan dengan areal perkantoran Bupati Padang Pariaman. Rencananya, bangunan baru pasar ini akan diresmikan Presiden Joko Widodo pada 31 Maret 2021 mendatang. Informasi terakhir akan dimajukan menjadi tanggal 30 maret 2021.
Pasa Piaman memiliki kedekatan emosional dengan penulis karena penulis sewaktu sekolah menengah tahun 1996-1998an pernah tinggal (kost) di belakang Pasa Piaman tersebut. Bahkan penulis juga pernah ikut berjualan ikan atau "manggaleh lauak" segar disana. Jadi, merasakan betul manis-pahitnya berjualan/berdagang di Pasa Piaman tersebut.
Pasa Piaman merupakan pasar terbesar yang dimiliki dan dinikmati oleh ughang Piaman, Padang Pariaman, Agam bawah, Pasaman Barat. Namun Pasa ini juga memiliki kedekatan tersendiri secara sosial enonomi dengan warga Padang Pariaman yang bersebelahan dengan perkantoran bupati. Ramainya pasar ditopang oleh ASN Pemkab Padang Pariaman yang berbelanja kesana.
Sekarang Pasa Piaman secara fisik sudah dibenahi, satu-dua hari ke depan akan diresmikan gedungnnya oleh Presiden RI. Namun secara rame-nya orang berbelanja ke pasar ini perlu kembali ada rekayasa ketertarikan, perlu pelibatan warga Padang Pariaman, daerah sekitar untuk berbelanja kesana. Jika tidak, dikawatirkan Pasa Piaman yang baru akan sepi.
Kilas Sejarah
Sejarah Pasa Piaman itu sendiri tidak terlepas dari Padang Pariaman. Perlu diketahui bahwa sejarah Pasar Pariaman sendiri telah berusia lebih dari 100 tahun. Pasar Pariaman dibangun awalnya sejak zaman Belanda dengan nama "Los Berangin" karena merupakan los besar lepas tanpa ada sekat dinding.
Pasar Berangin dibangun seiring ramainya Urang Piaman saat itu sebagai daerah perdagangan yang didukung dengan adanya pelabuhan dan kereta api. Pasa Piaman lebih dulu dibangun beberapa tahun sebelum stasiun kereta api diresmikan pihak Belanda.
Kemudian, atas kesepakatan beberapa nagari, Pasar Pariaman dipugar dengan nama Pasar Serikat yang dikelola oleh seorang Marak sebagai kepala pasar di awal kemerdekaan-- saat Pariaman dipimpin oleh Bupati Padang Pariaman pertama Sutan Hidayat Syah (1945-1946).
Selanjutnya Pasar Piaman kembali dipugar dalam beberapa kepemimpinan Bupati diantaranya Syamsu Anwar, JB Adam dan Muhammad Noer dalam rentang medio 1960 hingga 1975. Di awal pemerintahan Bupati Anas Malik, Pasa Piaman terbakar yang menghanguskan hampir seluruh kios yang ada.
Di masa kepemimpinan Walikota Pariaman pertama Nasri Nazar, pengelolaan Pasar Pariaman diserahkelolakan kepada Pemko Pariaman tanpa menghilangkan sejarah pasar serikat milik beberapa nagari yang ada.
Pasa Piaman dan Pemda Padang Pariaman sangat erat kaitanya, maka untuk meramaikan Pasa Piaman ini wajar Pemerintah Kota (Pemko) Pariaman melibatkan anak Nagari Padang Pariaman atau Pemda Padang Pariaman dengan bermacam cara, metode, sistim dan lainnya.
Penulis melihat, agar pasa Piaman bisa ramai, bisa menjadi sentra ekonomi Sumatera Barat setelah Kota Padang, maka Pemko bisa membeli/memakai aset tanah perkantoraan Bupati Padang Pariaman untuk dijadikan kawasan perekonomian baru misalnya dibuat mall milik Pemko Pariaman yang nanti menjual bahan UMKM ughang Padang Pariaman, Agam bawah, Pasaman Barat dan lainnya.
Bisa pula pada kawasan tanah tersebut dibangun perhotelan atau sentra keramaian bisnis/ekonomi lain yang bersinerji dengan jalan tol Padang-Pekan Baru atau dengan jalan perkeretapian yang membuat orang tertarik berbelanja ke Pasa Piaman daripada ke Kota Padang yang mulai macet, sumpek.
Sinergisitas antara kawasan perkantoran Bupati Padang Pariaman dengan kawasan Pasa Piaman perlu dilakukan sesegera mungkin. Jika Pemda atau Pemkab Padang Pariaman tidak mau menjual aset tanahnya untuk pengembangan kawasan Pasa Piaman agar lebih menarik dikunjungi, maka Pemko Pariaman mendorong agar Pemda Padang Pariaman membuat BUMD, lembaga bisnis bersama yang mengelola aset tersebut menjadi ekonomis dan Pasa Piaman tetap menarik untuk dikunjungi.
Pasa Piaman merupakan pusat keramaian orang berkunjung, berwisata lalu belanja disana. Agar situasi itu terjadi maka aset Padang Pariaman di sekitar Pasa Piaman harus direkayasa bernilai ekonomis dan menjadi tempat daya tarik berikutnya agar orang datang berkunjung ke Pasa Piaman untuk belanja sekaligus berwisata.
Menuruh hemat penulis, jika aset perkantoran Bupati Padang Pariaman tidak dikondisikan sebagai kawasan enomomi yang memiliki daya tarik orang datang ke Pasa Piaman, maka diyakini Pasa Piaman akan ramai hanya di saat orang "batabuik" saja.
#Penulis adalah pemerhati sosial ekonomi yang juga putra asli daerah Padang Pariaman