PADANG -- Yayasan Shine Al-Falah Pondok Pesantren Perkampungan Minangkabau mewisuda sebanyak 64 santri dan santriwati tahfidznya. Menariknya, para penghafal Alquran ini juga dilewakan gelar adat Minangkabau.
Prosesi tersebut berlangsung dalam helat Wisuda Tahfidz Qur’an Angkatan ke 5 dan Kegiatan Pentas Kreativitas Santri dengan tema "Mahkota Surga Buat Ayah dan Bunda" mulai 27 – 28 Februari 2021 lalu.
Ketua Yayasan Shine Al-Falah Pondok Pesantren Perkampungan Minangkabau Buya Syamsul Akmal, S.Ag, MM Tuanku Putiah, kepada www.sumatrazone.co.id di Padang, Selasa (2/2/2021), menjelaskan bahwa memang untuk pertama kalinya ponpes ini selain mewisuda sekaligus menggelar prosesi mahimbauan gala (gelar adat) kepada santriwan. Selain itu juga dihimbau gala kepada buya dan ustadz.
"Dari buya dan ustadz ada 42 orang yang diberikan gelar adat, sementara untuk santriwan ada 13 orang. Totalnya 55 orang," paparnya.
Disebutkannya, sesuai juga dengan nama Ponpes Perkampungan Minangkabau, maka dari situlah muncul ide untuk tidak saja memberikan gelar agama kepada lulusan, akan tetapi juga disandangkan gelar adat kepada mereka. Apalagi dalam aturan di Minangkabau, laki-laki berhak menyandang gelar adat ketika masuk ke dalam tiga hal, yaitu menikah, batagak penghulu dan khatam Quran.
Pada tahun ini, paparnya lagi, ada sebanyak 64 tahfidz yang diwisuda. Jumlah tersebut merupakan hasil penyaringan dari 175 santri yang mendaftarkan diri. Ada yang telah berhasil menghafal hingga 16 juz, ada pula yang 2 juz. Namun, penilaian pun bukan tentang berapa jumlah juz yang dihafal, tetapi bagaimana memang santri bisa hal lancar juz per juz.
"Tahun kemarin kita wisuda tahfidz sebanyak 163 orang. Semua memang hafal, lancar. Namun memang untuk program ponpes ini, program menghafal Alquran, kita tidak mengejar kuantitas, tapi kualitas sehingga bagaimana para penghafal Alquran ini bisa menanamkan budi luhur dan perilaku yang baik dalam kesehariannya. Wisuda ini pun kita arahkan untuk bisa menjadi motivasi bagi santri lain, serta bisa menjadi nilai positif," terang Buya Syamsul Akmal Tuanku Putiah yang juga Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumbar tersebut.
Disebutkannya, untuk program penghafalan Alquran ini pun merupakan program unggulan di Ponpes Perkampungan Minangkabau Al-Falah, karena jika ada santri yang tidak bisa menghafal minimal 1 juz dalam satu tahun, maka santri tersebut tidak naik kelas. Saat ini jumlah santri di ponpes tersebut berjumlah 771 orang.
Sementara itu, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Padang, Drs. H. Marjanis, M.Pd pada kesempatan itu menyampaikan apresiasi dengan adanya inovasi wisuda tahfidz yang disertai juga dengan pemberian gelar adat Minangkabau di Ponpes Perkampungan Minangkabau Al-Falah.
Menurutnya pemberian gelar adat kepada tahfidz ini baru pertama kali dilakukan oleh Ponpes di Sumbar. Langkah ini pun bernilai positif dan sesuai dengan falsafah Adat Basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah.
Di Padang, katanya, dengan program Padang Menghafal sampai saat ini ada 1.350 tahfidz yang sudah diwisuda dan terdata. Tak hanya dari ponpes, tapi juga berasal dari jenjang pendidikan formal dari MIN, MTsN hingga MAN.
"Dengan semakin banyaknya lahir para penghafal Alquran, semoga banyak lahir pemimpin-pemimpin dari Sumbar, yang bisa berkiprah di tingkat nasional.
“Semoga segala daya dan upaya serta kontribusi pihak Ponpes dan juga pihak lainnya dalam pelaksanaan kegiatan ini mendapatkan balasan dari Allah SWT dan di berikan pahala yang setimpal”, harapnya.
Kepada seluruh santri yang diwisuda, ia mengharapkan agar senantiasa memperkaya dan memperdalam ilmu agama dengan tidak mudah cepat puas, ikhtiar dan selalu berbuat optimal sehingga mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
“Jadilah anak yang dapat membanggakan kedua orang tua, bikin harum nama Pondok Pesantren, mencintai tanai air, dan mampu membela agama. Semoga ananda semua diberikan kemudahan oleh Allah SWT untuk lebih giat lagi menghafal Al-Quran, mempertahankan hafalan, dan mencerminkan sikap kesalehan serta dapat meningkatkan marwah Minang Kabau di nusantara ini”, tutupnya.
Kegiatan ini selain dihadiri Dewan Penyantun Prof. Sufiarma Marsyiddin, M.Pd, juga dihadiri putra mendiang Syaikh Sahibbul H. Boy Lestari, H. Wahyu Agung Lestari yang juga Ketua Umum Gebu Minang Sumatera Barat. Pada kesempatan ini, H. Wahyu Agung membantu sebanyak Rp15 juta.
(*/ede)