BATAM, KEPRI -- Wali Kota Batam, Muhammad Rudi, bersama Kepolresta Barelang, Kombes Yos Guntur dan Dandim 0316 Batam, Letkol Kav Sigit Dharma Wiryawan, Sabtu (6/2/2021) ini meresmikan langsung Kampung Tangguh Nelayan Rumput Laut Pulau Amat Belanda, Belakangpadang.
Keberadaan kampung tangguh tersebut mendapat apresiasi karena mampu meningkatkan ekonomi warga di tengah wabah corona.
"Saya sudah lihat, bagaimana pengelolaan rumput laut yang menjadi penopang ekonomi warga. Kita sangat bersyukur, masyarakat bisa lebih sejahtera," kata Wali Kota.
Rudi meyakinkan, pemerintah akan terus hadir di tengah masyarakat untuk membantu keperluan. Ia juga berharap, tak hanya Pemko Batam saja hadir di sana, ia meminta pemerintah setingkat provinsi juga memberikan perhatian banyak agar masyarakat makin termotivasi.
"Tadi saya tanya, bagaimana mereka mengekspor. Ternyata, prosesnya berbelit harus ke Singapura dulu, baru dikirim ke negara tujuan dengan ongkos mencapai USD700," ujarnya.
Di kesempatan itu, Rudi menawarkan ekspor melalui jalur udara. Ia mengaku akan mempertemukan pengekspor rumput laut tersebut dengan sejumlah maskapai agar ekspor rumput laut tersebut lebih praktis dan efisien.
"Kita akan terus coba mendampingi warga, mudah-mudahan produk ini jadi unggulan di pulau ini (Amat Belanda). Selain itu, saya sampaikan terima kasih kepada Polresta Barelang yang menginisasi adanya Kampung Tangguh tersebut," kata dia.
Sementara itu, Kapolresta Barelang, Kompol Yos Guntur mengaku program Kampung Tangguh tersebut menjadi program nasional. Untuk di Batam, baru Belakangpadang. Diharapkan, keberadaan Kampung Tangguh tersebut menjadi contoh bagi daerah lain di Batam khususnya.
"Begitu tiba, warga Kampung Tangguh terlihat kompak. Ini menjadi suatu kekuatan besar. Bahkan mampu menghidupkan ekonomi warga meski di tengah pandemi," ujarnya.
Ia mengaku, pemilihan Amat Belanda sebagai Kampung Tangguh bukan tanpa alasan. Ia mengatakan, warga setempat mampu mengelola rumput yang sering ganggu dan menyangkut di mesin kapal tersebut menjadi produk bernilai harga.
"Dan sekarang dapat mengangkat derajat dan perekonomian rakyat. Ini perubahan yang tidak baik menjadi baik, dari yang tidak berguna jadi berguna. Sebab itu Pulau Amat Belanda ini menjadi kampung tangguh," katanya.
Sementara itu, Pembina Kelompok Nelayan Rumput Laut, Azhari, mengatakan hingga saat ini, warga Amat Belanda mampu mengumpulkan rengkam sebanyak 200 ton per bulan. Rengkam tersebut diolah menjadi pupuk dan makanan ternak yang akan diekspor ke China dan Vietnam.
"Awalnya kita ingin menghidupkan ekonomi masyarakat sehingga kita lakukan kajian untuk mengelola rumput laut jenis sargasum tersebut," ujarnya.
Ia mengaku, rumput laut jenis ini dianggap sebagai gulma yang menghambat laju kapal nelayan. Seiring waktu, muncul ide untuk mengelola sergam dan ternyata di luar rumput tersebut sangat berharga. "Kita juga menjajal untuk mengekspor ke Jepang. Rumput ini selain diproduksi menjadi pupuk, bisa dijadikan sebagai pakan ternak," katanya.
Ia mengaku, hasil dari kelompok nelayan rumput laut di wilayah itu, sudah tiga kali diekspor. Pertama, sebanyak 25 ton pada November, ekspor kedua pada Desember sebanyak 50 ton, dan Januari lalu sebanyak 75 ton yang sudah diekspor.
"Kita terus lakukan pembinaan, tak hanya di Pulau Amat Belanda saja, kita juga coba di pulau-pulau lain agar rumput ini menjadi penopang ekonomi anak-anak pulau sehingga bisa mandiri di kampung sendiri. Rata-rata pengasilan warga pulau saat ini Rp260 ribu per hari," tukasnya.
(rel/oel)