JAKARTA -- Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas akhirnya buka suara terkait alasannya berani menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri.
SKB Tiga Menteri yang mengatur penggunaan pakaian seragam dan atribut kekhususan agama di lingkungan sekolah tersebut diterbitkan pada Rabu, 3 Februari 2021.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Agama, sepakat bahwa penggunaan seragam dan atribut keagamaan di sekolah Negeri tidak diwajibkan.
Keputusan itu menanggapi kejadian pemaksaan siswi nonmuslim yang dipaksa untuk mengenakan jilbab di sebuah sekolah Negeri.
Terkait penerbitan SKB tersebut, Yaqut Cholil Qoumas pun buka suara terkait langkah ‘berani’ yang diambilnya tersebut.
Saat berbincang bersama Tsamara Amany, dia mengaku tidak takut jika pada akhirnya disebut sebagai orang yang anti agama.
“Ya kalau saya sih biar saja dibilang anti agama, saya ini anak kiai, cucu kiai, hidup di pesantren, masa saya dibilang anti agama, kan gak juga,” ucap Yaqut Cholil Qoumas, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari kanal Youtube Tsamara & The Professor, Rabu (10/2/2021).
Ia mengaku santai dengan pandangan tersebut, karena keputusan tiga Menteri ini juga untuk generasi muda ke depannya.
“Kita sih santai saja, karena saya melihat bahwa ini untuk ke depan, untuk anak-anak kita ke depan, ini sangat berguna. Apalagi untuk menjaga Indonesia, yang kita tahu beragam,” ujar Yaqut Cholil Qoumas.
Ia menegaskan bahwa sebagai masyarakat yang penuh dengan keberagaman, tidak boleh ada paksaan terkait penggunaan atribut kekhususan keagamaan, termasuk di lingkungan sekolah.
“Kita gak boleh paksakan, orang bebas saja kalau mau pake hijab, mau enggak, ya terserah saja. Itu urusan personal dia, saya kira, dan negara, apalagi sekolah, tidak boleh memaksakan ini. Kita hargai saja,” kata Yaqut Cholil Qoumas.
Ia menekankan bahwa urusan penggunaan atribut kekhususan keagamaan merupakan permasalahan pribadi setiap individu.
“Sebenarnya itu sih, kalau pandangan saya itu wilayah privat, terserah saja orang ini mau pake hijab atau enggak Kalau dia pakai itu dianggap sebagai perilaku sholeha atau tidak, karena pake hijab, ya urusan dia sama Tuhannya,” tutur Yaqut Cholil Qoumas.
Ia menuturkan bahwa orang lain tidak perlu mengurusi urusan seorang individu dengan Tuhannya, karena semua orang memiliki urusannya masing-masing dengan Tuhan.
“Ngapain kita ngurusin urusan dia? Urusan kita sama Tuhan aja belum tentu beres, begitu loh,” ucap Yaqut Cholil Qoumas.
Melihat perilaku seperti itu, dia mengaku sering merasa geram karena urusan individu dengan Tuhannya adalah urusan personal.
“Kadang-kadang, saya tuh kalau ngeliat orang-orang begitu itu, pingin jitak aja sebenernya. Itu kayak surga udah dikapling aja gitu loh, kita ini gak boleh masuk surga kalau tidak ikut mereka,” ujar Yaqut Cholil Qoumas.
(prk/oel)