JAKARTA – Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) atau China akan menindaklanjuti permohonan pemerintah Republik Indonesia (RI) guna peningkatan akses pasar untuk buah tropis, produk perikanan dan seafood, serta sarang burung walet dan penambahan impor batubara dari Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan selaku Utusan Khusus Presiden Indonesia melakukan kunjungan resmi ke Yunan, Tiongkok pada tanggal 9-10 Oktober 2020 lalu, mengatakan, Menteri Luar Negeri Wang Yi akan ikut mendorong keterlibatan perguruan tinggi RRT dalam pengembangan Pusat Konservasi, Penelitian dan Inovasi Tanaman Obat Tiongkok-Indonesia di Humbang Hasudutan, Sumatera Utara.
BACA JUGA: Dunia Diteror Covid-19, Industri Energi Tiongkok Makin Menggeliat
“Pusat konservasi ini bisa kaya sekali dengan herbal yang berjumlah 30,000 species lebih, saya berharap dukungan dari Zhejiang University, Yunnan University dan Pusat Riset Unggulan di Bidang Tanaman Obat dan Industri Terkait,” ujar Menko Luhut dalam keterangan persnya di Jakarta, Senin (12/10/2020).
Ia menjelaskan, antara Pemerintah Indonesia dan RRT telah membangun kerjasama “Two Countries Twin Parks” yang sejak tahun lalu diusulkan oleh Pemprov Fujian juga akan ditindaklanjuti oleh Menlu Wang Yi, dengan harapan kerjasama ini bisa segera direalisasikan.
“Dari sisi Indonesia, sudah ada lokasi di Bintan seluas 4.000 ha dengan infrastruktur pendukung yang sudah relatif baik,” paparnya.
Konsep kerjasama, menurut Menko Luhut, juga bisa dikembangkan menjadi “Two Countries Twin Parks with Multiple Zones”, dengan menyiapkan setidaknya tiga Kawasan Industri yakni Bintan, Batang dan Aviarna Semarang.
Pengembangan Tsinghua South East Asia Center di Pulau Kura-Kura, Bali, juga menjadi perhatian Pemerintah RRT.
Dalam pertemuan Menko Luhut menyampaikan harapannya agar Pemerintah Tiongkok dapat mendorong para profesor dan pakarnya melakukan kolaborasi riset dengan Tsinghua South East Asia Center dan agar perusahaan teknologi seperti Huawei dan Tencent ikut berinvestasi disana.
Menlu Wang Yi menyatakan bahwa pihak Tiongkok selalu memandang hubungan Tiongkok-Indonesia dari sudut strategis. Kedua negara diharapkan dapat memperkokoh saling percaya politik dan terus memperdalam kerjasama yang saling menguntungkan.
“Kerjasama di berbagai area telah mencapai progress yang luar biasa cepat,” ungkapnya.
Menko Luhut hadir ke Tiongkok atas undangan Anggota Dewan Negara dan Menlu RRT yang menyebutkan akan pentingnya kerjasama antar kedua negara ini, agar bisa bersinergi lebih erat pada tatanan bilateral, regional dan multilateral, khususnya dalam menghadapi situasi dunia yang tidak menentu akibat pandemi Covid-19.
Sebabnya, perdagangan dan investasi, kesehatan, pendidikan dan riset, vaksin, e-commerce, intelegensi artifisial (kecerdasan buatan) serta pertukaran budaya dan masyarakat menjadi topik bahasan utama dalam pertemuan bilateral antara keduanya.
Terkait dengan kerjasama alih teknologi vaksin, Menlu Wang Yi menyampaikan bahwa Indonesia adalah negara dengan kapasitas produksi vaksin terkuat di Asia Tenggara sehingga bisa menjadi peluang bagi perusahaan Tiongkok.
“Kami akan mendukung perusahaan kami untuk meningkatkan kerjasama, khususnya berbagi teknologi dan pengalaman, supaya Indonesia bisa menjadi pusat produksi vaksin di kawasan Asia Tenggara,” ujarnya.
Selain itu, kerjasama Program Pengentasan Kemiskinan Berbasis Iptek belajar dari pengalaman Tiongkok juga akan menjadi salah satu kerja sama strategis jangka panjang kedua negara.
Menlu Wang Yi akan menindaklanjuti permintaan Menko Luhut agar Tiongkok dapat berbagi pengalaman melalui program ini melalui K/L yang terkait.
“Di era pandemic ini, kami masih bisa membebaskan semua kemiskinan sesuai target schedule kami dan ini merupakan pertama kalinya sudah menghapuskan kemiskinan dalam sejarah 5.000 tahun. Kami bersedia berbagi pengalaman dengan Indonesia dan akan menghubungkan dengan kantor terkait” kata Menlu Wang Yi.
Sumber: propublik