PADANG -- Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Irwan Prayitno memerintahkan kepala dinas kesehatan supaya meluruskan jalan pikiran kepala daerah (kabupaten/kota-red) yang tak benar. Ia menilai, cara berfikir antara kepala daerah banyak yang salah, sehingga penanganan Covid-19 di daerah masing-masing menjadi terlambat.
"Jika ada daerah yang pelit mengirim tes SWAB-nya ke Laboratarium Kesehatan RS Unand Padang, berarti kepala daerahnya adalah sosok yang jahat," tuding Irwan Prayitno dalam salah satu poin yang ia paparkan saat memimpin Rapat Koordinasi Kepala Dinas Kesehatan se Sumbar, melalui video conference (Vicon) di ruang kerja gubernur, Kamis (14/5/2020).
Lebih lanjut gubernur mengungkapkan, karena ingin daerahnya zero positif Covid-19, kepala daerahnya enggan mengirim tes SWAB serta melakukan tracking terhadap warganya. Padahal, seluruh pembiayaan tes SWAB menjadi tanggung jawab pemprov.
"Padahal pembiayaan pemeriksaan tes SWAB gratis, tidak dipunggut bayaran. Kok masih ada kepala daerahnya enggan periksa SWAB?," ujarnya tak habis fikir.
Menurut gubernur, jalan pikiran kepala daerah itu, harus diluruskan oleh kepala dinas kesehatan. Sebab, jika dibiarkan, wabah virus corona di daerah tersebut bakal banyak merenggut nyawa masyarakat, karena penanganannya sudah terlambat. "Dan ini akan dipertanggung jawabkan kepala daerah bersangkutan kepada Allah Swt," ujarnya gusar.
Karena itu, ia mengajak seluruh kadiskes seluruh daerah di Sumbar, harus pro aktif dalam melakulan tracking terhadap orang-orang yang pernah kontak dengan kasus positif Covid-19 sambil diambil tes SWAB mereka.
Sebelumnya, ia mengatakan, tugas besar saat ini adalah memutus mata rantai penyebaran virus Corona (Covid-19) melalui local transmission atau penyebaran lokal di Sumbar.
Secara umum, menurutnya, penanganan Covid-19 di Sumbar sudah sesuai dengan protokol kesehatan yang ada. Meski diakuinya, hingga kini masih cenderung ada peningkatan kasus positif Corona di Sumbar.
"Kita sudah melakukan penanganan dengan baik. Sebentar lagi kita memasuki fase puncak dan setelah itu diharapkan terus turun," klaim orang nomor satu di Sumbar tersebut.
Kemudian, ia mengaku optimistis kurva kasus Covid-19 di wilayahnya bisa segera selesai dalam waktu dekat ini. Sebab, menurutnya, dari 19 kabupaten/kota di Sumbar, ada 3 daerah yang negatif kasus Covid-19 atau menjadi zona hijau yaitu Sawahlunto, Sijunjung, dan Kota Solok.
Sementara untuk kota Padang, ia mengatakan, saat ini masih berjuang memutus kasus penyebaran Covid-19 dari berbagai klaster. Dari sekitar 15 sampai 16 klaster, sudah ada 8 klaster yang putus kasus penyebarannya.
"Pemprov Sumbar melalui dinas kesehatan di kabupaten kota bisa bergerak cepat untuk melakukan pemeriksaan massif kepada para warganya," ujar Irwan Prayitno, diamini Kadinkes Sumbar Merry Yuliesday, yang duduk di samping kirinya dalam stelan gaun merah, jilbab biru tua dan bermasker biru muda.
Selain itu, gubernur modis yang juga seorang pionir Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Indonesia ini juga menyatakan bahwa klaster-klaster penyebaran Covid-19 pada daerah-daerah lainnya di Sumbar saat ini sudah mulai menunjukkan penurunan. Menurutnya, laju penyebaran Covid-19 di Sumbar berhasil ditekan dengan diterapkannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan pemeriksaan secara massif.
Adapun peningkatan kasus positif di Sumbar, ini terkait transmisi lokal yang terjadi. Jika ditemukan orang-orang berpotensi menularkan, ia optimis mata rantai Covid-19 bisa diputus.
"Coba bayangkan kalau orang tanpa gejala atau OTG tidak teridentifikasi, berapa banyak orang-orang akan terinfeksi oleh mereka sehingga kasus semakin membesar?," ujarnya melempar pertanyaan.
Hanya 27,4 Persen PDP
Kemudian ia juga menjelaskan bahwa dari jumlah pasien positif Covid-19 di Sumbar, sebanyak 72,6 persen merupakan orang dalam pemantauan (ODP) dan orang tanpa gejala (OTG). Hanya 27,4 persen pasien dalam pengawasan (PDP) yang berada di rumah sakit.
Artinya, lanjut Irwan, data ini memperlihatkan ada upaya serius Sumbar untuk mendeteksi sebanyak mungkin OTG dan ODP karena mereka adalah sumber penular
Pada bagian lain, terkait dengan pasien Covid-19 yang akan dirujuk ke rumah sakit jiwa, dijelaskan Irwan bahwa tindakan tersebut diambil karena mereka stres dalam perawatan saat ini. "Banyak pasien yang bisa terkena stres tinggi, sebab di sana mereka dikurung dalam ruangan kecil, apalagi mereka juga lihat ada pasien meninggal," ungkapnya.
Lanjutnya, pasien stres dan lemah karena imunnya turun. Padahal imunnya harus meningkat demi sembuh dari corona. Banyak cerita dari pasien bahwa mereka dirawat di ruangan rumah sakit dengan status positif. Sudah dilakukan 6 kali tes swab tetap saja menunjukan hasil positif Covid-19.
Tetapi, setelah diisolasi mandiri di rumah dalam waktu tiga hari pasien menampakkan perubahan yang baik. Pertama kali tes langsung negatif, hingga tiga kali tes tetap negatif dan akhirnya sembuh.
"Kemungkinan karena tempatnya terkurung, ukuran ruangan cuma 2 x 3, tidak bisa kemana-mana, di sana juga ada pasien yang meninggal, akhirnya stres tinggi, imunnya jadi turun," ujarnya memprediksi.
Gubernur Sumbar berharap, prediksi penyebaran virus Corona di Sumbar akan memasuki puncak pada akhir bulan ini sesuai dengan yang disampaikan sebelumnya.
"Kita tetap berpegang pada Permenhub 25 tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi Selama Masa Mudik Idul Fitri 1441 Hijriah, dan kriteria pembatasan perjalanan dalam rangka percepatan penanganan Covid-19," tegaanya.
Pada penhujung penyampaiannya, Irwan mengapresiasi daerah yang berhasil menekan angka penularan bahkan yang berhasil menihilkan kasus positif covid-19. Menurut Irwan daerah tersebut sukses melakukan tracking, isolasi dan memutus mata rantai penularan Covid-19.
Saat ini, ungkap Irwan, ada beberapa klaster penularan yang masih berlanjut di Sumbar. Seperti klaster Pasar Raya Padang, klaster Payakumbuh dan RSUD Padang Panjang. Gubernur Sumbar ini berharap, daerah-daerah tersebut dapat melakukan tracking dan isolasi agar angka penularan tidak lagi bertambah.
(oel/rel)