SUMATERA Barat terkenal dengan beragam kuliner yang khas dan lezat. Kita juga bisa menjumpai beragam penganan atau cemilan untuk dijadikan oleh-oleh. Salah satunya adalah keripik jamur tiram atau jamur crispy.
Penganan berwarna hitam abu-abu ini sangat empuk dan lezat. Sebagian besar keripik jamur tiram merupakan usaha rumahan dari bahan-bahan alami. Jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk.
Misalnya di Nagari Suayan Tinggi, Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumbar. Budidaya tanaman ini banyak ditemui di daerah tersebut dan dikelola untuk dijual ke tempat usaha lainnya.
Media yang umum dipakai untuk membiakkan jamur tiram adalah serbuk gergaji kayu yang merupakan limbah dari penggergajian kayu. Salah seorang penjual jamur tiram yang cukup sukses adalah Yuharmonis yang membuka usaha bersama istrinya, Westi Gusman.
Selain punya usaha menjahit baju, Yuharmonis juga merintis usaha budidaya jamur tiram sejak tahun lalu. Setelah permintaan semakin banyak, mereka mencoba mengajukan pinjaman untuk menambah modal.
Mereka kemudian mendapat pinjaman dari PT PMN (Permodalan Nasional Madani) yang telah membuat lima klaster usaha di Sumbar. PNM sendiri tak hanya memberikan permodalan tapi juga memberikan pelatihan mengenai budidaya jamur tiram, mulai dari pemilihan bibit, cara perawatan dan pemeliharaan, panen dan olahan berbahan dasar jamur.
Berita Terkait: http://www.sumatrazone.co.id/2019/07/evp-pnm-rahfie-syaefulshaaf-pasar-raya.html?m=1
Mereka bahkan mengajak seorang chef untuk mencoba membuat olahan jamur tiram yang pas. Pada 14 Februari 2019, dilaksanakan kegiatan Pembukaan Klaster Jamur Tiram.
Klaster ini dibentuk dengan tujuan supaya terciptanya sinergi usaha antara nasabah program Mekaar yang sudah belajar budidaya jamur tiram dengan nasabah ULaMM yang akan menjadi penampung hasil panen jamur tiram dan kemudian membantu untuk memasarkan jamur tiram tersebut.
"Selama ini kita terkendala dengan akses pemasaran dan nasabah ULaMM yang skala usaha nya jauh lebih luas akan sangat membantu dalam hal pemasaran. Jadi program dari PNM ini sangat membantu kita dalam mengembangkan usaha," tutur Yuharmonis saat ditemui awak media di rumahnya, di Nagari Suayan Tinggi, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumbar, baru-baru ini.
Selain bersama sang istri, Yuharmonis juga dibantu anak-anaknya dalam mengelola usaha. "Alhamdulillah dalam sehari pendapatan kita mencapai sekitar Rp150 ribu, kalau dulu sebelum dapat modal dari PNM cuma sekitar Rp70 ribu. Pekerjaannya hanya dari pagi sampai siang. Setelah itu bisa menjalankan usaha lainnya, saya masih menjalankan usaha menjahit," sambungnya.
Sedangkan nasabah ULaMM yang sering membeli jamur tiram yang dihasilkan keluarga Yuharmonis adalah Rosdiana yang juga tetangga mereka. Rosdiana yang sudah mempunyai beberapa orang karyawan mengolah jamur tiram tersebut menjadi keripik yang empuk dan gurih serta dikemas dalam bungkus plastik.
Keripik tersebut sudah banyak dijual ke berbagai tempat terutama pusat oleh-oleh. Tak hanya di Sumbar, keripik jamur tiram yang diberi nama Harapan Mulia ini juga sudah dijual ke berbagai daerah di Indonesia.
"Tapi kalau kita masukkan ke toko oleh-oleh biasanya mereka nggak mau dikasih label merek, karena mereka yang bikin label sendiri. Biasanya yang isi 100 gram dijual sekitar Rp12 ribu," terang Rosdiana yang juga mempunyai usaha roti dengan nama Harapan Mulia.
Jamur tiram crispy yang cocok jadi camilan maupun disantap bersama nasi ini dibuat tanpa bahan pengawet dan bisa tahan selama seminggu.
(hen/l6c)