JAKARTA -- Kedutaan Besar Inggris merayakan Hari Pers Dunia dengan mengundang Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) beserta insan media. Dalam acara ini, Duta Besar Inggris Moazzam Malik menekankan pentingnya kebebasan pers untuk diterapkan di seluruh dunia.
"Hari ini Jumat (3 Mei), adalah hari sangat penting bagi komunitas media di dunia. Hari kebebasan pers di seluruh dunia hari ini yang mengambil tema peran media dalam pemilu dan demokrasi. Saya kira ini topik relevan dirayakan, terutama di Indonesia," kata Moazzam dalam sambutannya di British Ambassador Residence, Setiabudi, Jakarta Selatan, Jumat (3/5/2019).
Moazzam menilai Pemilu 2019 di Indonesia termasuk pemilu yang luar biasa, sukses, aman, dan lancar. Meski begitu, dirinya yakin tetap ada tantangan yang dihadapi di Indonesia, terutama oleh media pers.
"Walaupun dilaksanakan secara sukses, pasti banyak tantangan. Tantangan-tantangan itu tentu termasuk kekerasan dan tekanan dalam melaksanakan kegiatan liputan, dan juga isu-isu hoax, berita palsu," ucapnya.
Kemudian Moazzam menjelaskan pers yang baik akan menghasilkan negara yang berhasil. Karena itu, menurutnya, perlu ada kampanye besar terkait kebebasan pers yang rencananya akan dilaksanakan oleh Inggris dan Kanada dalam waktu dekat.
"Sehingga atas alasan itu pemerintahan kami memutuskan membuat kampanye besar tentang kebebasan pers. Jadi Menlu Inggris berminat untuk lakukan sebuah kampanye untuk promosikan kebebasan pers. Kami berpikir salah satu keperluan tidak hanya untuk Indonesia tapi seluruh dunia," paparnya.
Di lokasi yang sama, Staf Ahli Menkominfo Bidang Komunikasi dan Media Massa, Gun Gun Siswadi, mengapresiasi terselenggaranya kegiatan hari ini. Dia yakin kegiatan seperti ini bisa menginspirasi terlaksananya kebebasan pers.
"Mudah-mudahan acara ini bisa menginspirasi kita semua, kita insan pers, dan termasuk di seluruh dunia gimana kita melakukan upaya-upaya untuk menerapkan kebebasan pers," kata Gun Gun.
Gun Gun juga berharap pers Indonesia bisa menjadi media penangkal informasi-informasi palsu alias hoax.
"Termasuk bagaimana ke depan pers Indonesia yang dimotori jurnalis mampu mencegah informasi yang datangnya seperti informasi hoax dan berita palsu, ujaran kebencian, dan sebagainya," katanya.
(rtr/yud)