KENDATI masih masuk kategori daerah terisolir, namun di bawah kepemimpinan Wali Nagari Jafrison, Nagari Koto Hilalang saat ini bisa dikatakan mulai bergerak maju. Apalagi setelah bergulirnya dana desa (DD) yang secara sistematis menggerakkan segenap elemen di nagari ini untul membenahi sejumlah sektor krusial.
Pada tahap awal ini, DD untuk Nagari Koto Hilalang telah menyentuh sektor pendidikan dan pembangunan infrastruktur nagari.
Jafrison, ketika dijumpai di kantor Wali Nagari Koto Hilalang, baru-baru ini, memaparkan bahwa DD atau dana nagari yang diterima telah dioptimalkan pemanfaatannya. Pada sektor pendidikan, dana nagari telah dimanfaatkan untuk membenahi sejumlah TK PAUD di lingkungan Nagari Koto Hilalang.
Kemudian, infrastruktur nagari seperti pembukaan akses jalan dan pembangunan jalan di selingkar nagari juga telah dilaksanakan dengan semestinya, sehingga berkat dana nagari, pihaknya berani mengklaim bahwa Nagari Koto Hilalang kekinian jauh lebih "tacelak" dibanding masa-masa sebelumnya.
“Alhamdulillah dana nagari yang ada telah kami manfaatkan seoptimal mungkin melalui pengelolaan keuangan yang transparan," ungkap pemilik sapaan akrab "Japri" ini.
Menurutnya, penggunaan DD atau dana nagari musti mengacu kepada petunjuk teknis yang telah ditetapkan pemerintah. Dalam penggunaan dana desa ada pendamping dan pihaknya selaku pengguna telah mendapat bimbingan teknis (bimtek) tentang pelaporan penggunaan DD agar tepat sasaran.
Ia juga mengakui, keberhasilan dalam mengangkat Nagari Koto Hilalang dari ketertinggalan selama ini tak terlepas dari turut andilnya segenap tokoh masyarakat dalam kegiatan yang dimotori oleh perangkat nagari.
Tentang Nagari Koto Hilalang
Koto Hilalang adalah sebuah nagari di Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.
Nagari ini terletak di kaki pegunungan Bukit Barisan dan berada pada dataran yang cukup tinggi dengan topografi daerah berbukit dan bertebing/jurang.
Selengkapnya klik:https://id.wikipedia.org/wiki/Koto_Hilalang,_Kubung,_Solok
Destinasi Wisata Kampung Tradisi
Sejak Juni 2016, Kabupaten Solok menjadikan Nagari Koto Hilalang sebagai destinasi wisata kampung tradisi di daerah itu.
Nagari berpenduduk 2.848 jiwa yang tersebar di lima jorong dengan luas wilayah 35,50 kilometer persegi tersebut, bahkan sudah memiliki buku monografi tentang nagari itu, yang difasilitasi Pemerintah Kecamatan Kubung.
Penetapan Nagari Koto Hilalang sebagai destinasi wisata kampung tradisi itu, juga sudah masuk dalam Rencana Induk Pariwisata Daerah (Riparda) Kabupaten Solok tahun 2013-2025.
Nagari Koto Hilalang memiliki begitu banyak situs-situs bersejarah. Diantaranya adalah Puncak Kode, Bukik Lasuang, Bukik Kulik Manih, Jalan Barantai yang dibuat dimasa penjajahan Belanda, Bukik Tembok, Puncak Guguak Pulau, Guguak Pasambahan dan situs-situs bersejarah lainnya.
Di Nagari Koto Hilalang, wisatawan yang berkunjung dan ingin menyaksikan aktivitas kegiatan asli masyarakat nagari setempat, bisa bermalam atau menginap di rumah-rumah warga termasuk di Rumah Gadang atau rumah adat.
Seperti melihat langsung atau boleh juga ikut bersama sama dengan masyarakat setempat, melakukan aktivitas keseharian warga seperti menanam padi di sawah, membajak sawah dengan hewan ternak dan kegiatan tradisionil lainya termasuk mengikuti beragam kesenian dan budaya anak nagari.
Wisatawan lokal atau manca negara yang mengunjungi kampung wisata Nagari Koto Hilalang, bisa merasakan benar aktivitas kehidupan asli sehari-hari masyarakat setempat yang masih sangat tradisionil.
Pemerintahan kecamatan setempat mendukung penuh penetapan Nagari Koto Hilalang sebagai destinasi wisata kampung tradisi di Kabupaten Solok.
Bahkan selain sudah dibuatkan monografi nagarinya pada tahun 2014, Pemerintah Nagari Koto Hilalang tersebut, juga sudah membuat tiga Peraturan Nagari (Perna).
Nagari Koto Hilalang memiliki Balai Adat dan 44 Rumah Gadang atau rumah adat, yang tersebar di lima jorong, yakni jorong Dalam Nagari, Simpang, Koto Tingga, Kapondong dan Muaro Busuk.
Dengan lima suku masing masing Tanjung, Malayu, Piliang, Chaniago dan Jambak.
Nagari Koto Hilalang yang terletak 600-700 meter diatas permukaan laut ini dilintasi dua anak sungai, masing-masing sungai Batang Gawan dan Gawan Kaciak.
Nagari Koto Hilalang memiliki tradisi adat salingka nagari atau seni asli budaya tradisionil nagari yang masih terus dipertahankan dan dilestarikan. Di antaranya kata dia adalah tradisi “Alek Gadang” pesta perkawinan dengan memotong sapi, lalu “Baiyo iyo” atau bermusyawarah saat mencari menantu.
Kemudian “Manapiak Bandua” atau meminang, “Baiyo iyo Marocok Janang”, “Baiyo iyo ka mambantai” atau “Batagak Galundi”, “Adaik Maantakan Dagiang”, “Rarak maanta Paniaran”, “Adaik Rarak nasi Pamanggia” dan tradisi anak nagari lainya yang menarik untuk disaksikan secara langsung oleh wisatawan baik lokal dan manca negara.
Kemudian di Nagari Koto Hilalang, juga terdapat beragam seni budaya asli nagari setempat yang mengesankan, seperti diantaranya kesenian randai “koto hilalang talempong”, tari piring, silek atau silat, qasidah rabana dan kesenian tradisional “tupai janjang".
(***)