JAKARTA -- Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengaku heran dengan jumlah pengangguran lulusan sekolah menengah yang ada di Indonesia.
Berdasarkan data di Bappenas, angka pengangguran lulusan dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) lebih tinggi dibanding lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA). Padahal, lulusan SMK seharusnya memiliki peluang kerja yang lebih besar dibandingkan mereka yang lulus dari SMA. Alasannya, di SMK telah diberikan pendidikan khusus yang berorientasi siap kerja.
"Indonesia memang ada logika yang terbalik. Tingkat pengangguran SMK mendominasi pengangguran. SMK yang menganggur 11 persen, sementara SMA 7 persen. Ini terbalik," kata Bambang dalam acara seminar dan dialog nasional "Milenial Indonesia dalam Ekonomi Kreatif di Era Revolusi Industri 4.0" di JIEXPO, Kemayoran, Jakarta, Rabu (3/4/2019).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, hingga Agustus 2018 sebanyak 7 juta orang menganggur. Di mana angka pengangguran lulusan SMK mendominasi yakni sebesar 11,24 persen, sedangkan dari lulusan SMA sebesar 7,95 persen.
Bambang melihat ada yang salah dalam sistem pendidikan Indonesia. Karenanya, perlu ada pembenahan pendidikan vokasi.
"Artinya masih ada yang harus dibenahi total dalam pendidikan vokasi," katanya.
Di sisi lain, kata Bambang, hingga saat ini tingkat pengangguran Indonesia relatif rendah di level 5,36 persen, tapi lapangan kerjanya banyak didominasi oleh sektor informal. Menurut dia, kondisi ini perlu diubah dengan cara menggenjot lapangan kerja di sektor formal.
Selain itu, Bambang juga ingin masyarakat Indonesia, khususnya generasi milenial untuk melakukan wirausaha dengan basis teknologi. Sebab, hingga saat ini angka pengusaha dilihat masih jauh lebih kecil dibandingkan tenaga kerja profesional.
"Kelemahan kita saat ini, orang pintar cukup, profesional cukup, yang kurang pengusahanya," tandasnya.
Sumber: Kumparan.com