JAKARTA -- WhatsApp menerapkan kebijakan baru terkait pesan terusan atau forwarded message yang berlaku di platform-nya untuk menekan distribusi berita palsu alias hoaks. Mulai hari ini, Selasa (2/1/2019), sebuah pesan di WhatsApp hanya bisa diteruskan sebanyak 5 kali.
Fitur ini telah diuji coba di India sejak pertengahan 2018, dan akhirnya diterapkan secara global, termasuk di Indonesia.
Ketika seseorang mendapatkan sebuah pesan di WhatsApp, maka pesan itu hanya bisa diteruskan ke 5 kontak, baik itu kontak individu maupun grup obrolan. Iya, group chat di sini masih dinilai 1 kali pesan terusan oleh WhatsApp, sekalipun grup tersebut diisi oleh 50 orang.
Ketika sebuah pesan akan di-forward ke lima orang sekaligus, maka pesan tersebut masih bisa diteruskan. Tetapi ketika suatu pesan di-forward ke enam orang, maka bakal muncul sebuah pesan pop-up yang menyatakan "You can only share with up to 5 chats" atau "Anda hanya dapat berbagi dengan hingga 5 chat."
WhatsApp menilai perilaku pengguna WhatsApp yang gemar meneruskan pesan terbilang sudah mengkhawatirkan. Victoria Grand, VP Public Policy & Communications WhatsApp, mengungkapkan 10 persen pesan yang ada di WhatsApp merupakan pesan terusan (forwarded) yang tidak tahu dari mana asal usulnya, sementara 90 persen pesan berasal dari kiriman personal atau one-to-one.
Kondisi ini membuat informasi hoaks yang tersebar lewat pesan terusan sulit dikendalikan.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, menyambut baik kehadiran fitur ini dan menilai langkah tersebut dapat menekan viralitas konten hoaks yang dibagikan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara ketika memberikan sambutan dalam acara "Transformasi Robotics menuju Revolusi Industri 4.0" di Gedung Kementrian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Sabtu (15/12/2018), memaparkan, berdasarkan penelusuran Kominfo, banyak konten hoaks yang produksinya dimulai dari publikasi melalui akun media sosial seperti Facebook, Instagram, atau Twitter. Si penyebar membuat status kabar palsu lewat akun medsos yang besar kemungkinan adalah akun palsu. Dia kemudian melakukan screenshot atas pesan itu, lalu menghapus publikasi serta akun mereka sendiri. Setelah itu, gambar screenshot bakal diviralkan lewat WhatsApp.
Teknik ini telah terendus oleh mesin pengais konten yang dioperasikan Kominfo.
"Mengapa kita harus membatasi pesan forward ini? Ini untuk mengurangi potensi viralnya hoaks," kata Rudiantara dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (21/1/2019). "Saya menghormati kebijakan ini dari WhatsApp," imbuhnya, seperti dilansir kumparan.com.
Apa yang dilakukan WhatsApp, disebut Rudiantara menunjukkan keseriusan perusahaan untuk menciptakan pasar yang kondusif dan berkelanjutan, tidak sekadar ingin berbisnis.
(kpc/ede)