INHU, RIAU -- Rengat adalah pusat Pemerintahan Indragiri dan dinilai kota yang sangat strategis bagi Belanda, sehingga ingin menguasainya.
Pemerintahan Indragiri yang pada waktu itu dipimpin seorang bernama Tulus, tak tinggal diam. Melihat gerak gerik Belanda ingin menyerang, rakyat melakukan perlawanan. Rakyat Indragiri maju bersama, mempertahankan wilayah, hingga terjadi perang.
Akhirnya, terjadi pertumpahan darah, korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Sedangkan, perlawanan rakyat Indragiri berujung jatuh korban hingga mencapai 2.000 rakyat dan Bupati Tulus ikut gugur di dalamnya.
Kilas sejarah awal berdirinya Kota Rengat itu diungkapkan Bupati Indragiri Hulu (Bupati) Rezita Meylani Yopi dalam sambutannya selaku inspektur upacara (Irup) pada peringatan hari "Rengat Bersejarah" 2023 yang dilangsungkan di Depan Tugu Peringatan, Kota Rengat, Kamis (5/1/2023) kemarin.
"Peristiwa berdarah itu, perlu dikenang diperingati sebagai bukti cinta pada perjuangan. Mengenang sejarah adalah bentuk penghargaan dan tanda bangsa yang besar," ulasnya.
Ia menekankan bahwa Kota Rengat bersejarah, berdarah, berawal dari perlawanan rakyat terhadap kedzoliman tentara Belanda yang menyerang Indragiri pada 5 Januari 1949.
Bertolak dari sejarah tak terlupakan tersebut, Bupati Rezita mengajak segenap komponen masyarakat Indragiri Hulu, mengisi hasil perjuangan itu dengan menjadikan Indragiri Hulu lebih baik, masyarakat yang lebih sejahtera.
Upacara mengenang peristiwa perlawanan sengit rakyat Indragiri terhadap penjajahan Belanda pada 1949 rutin dilaksanakan setiap tahun sebagai peringatan dan bentuk penghormatan kepada para pejuang.
Upacara ditandai dengan peletakan karangan bunga di tugu peringatan oleh Bupati Rezita. Selanjutnya, pembacaan cuplikan peristiwa 5 Januari 1949 oleh siswi SMK Kesehatan Har Kausyar Adjie Arya Syakilla.
Setelah selesai upacara itu, Bupati Rezita bersama rombongan melakukan acara tabur bunga di dua lokasi yakni di halaman belakang Wisma Embun Bunga dan Jembatan Trio Amanah Rengat.
#ant/dtk/ede