JAKARTA -- Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini alias Risma meminta mahasiswa agar tak takut dimaki-maki saat mengevaluasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) di lapangan.
Menurut Risma, makian merupakan salah satu tantangan yang bakal dihadapi mahasiswa saat membantu Kemensos memperbaiki DTKS. Makian itu bisa berasal dari pejabat setempat atau juga masyarakat.
"Jadi jangan takut kalau dimaki-maki ya. Itu ujian kita bersama. Tapi di situ yang akan keluar jadi pemenang," kata Risma saat memberikan kuliah umum di Kemensos, Jakarta Pusat, Rabu (13/11/2021).
Risma menceritakan pengalamannya saat menjadi mahasiswa sering kali dimaki oleh masyarakat saat membantu pemerintah daerah menyelesaikan kemiskinan di Surabaya.
"Betapa beratnya saat itu, jam 1 malam saya ikut rapat dengan masyarakat, jam 9 pagi masyarakat marah ke saya karena saya datangi terus. Tapi saya harus lakukan ini demi tugas saya," ucap Risma.
Setelah lulus, dia ditugaskan menjadi salah satu pejabat pemda selama beberapa tahun. Saat dia ditunjuk menjadi Kepala Dinas Kebersihan Surabaya, Risma mengaku semakin sering menghampiri masyarakat untuk membantu meningkatkan kesejahteraan warga Surabaya.
"Setiap setengah enam pagi saya turun di masyarakat, bagaimana supaya mereka mengubah perilakunya supaya bisa lebih sehat. Saya kadang diusir, tapi karena saya kepala dinas, halus diusirnya, saat saya jadi mahasiswa keras ngusirnya," tutur Risma.
Risma telah menyiapkan senilai Rp178 miliar untuk melibatkan mahasiswa memperbaiki DTKS di daerah-daerah. Langkah ini termasuk dalam program Kampus Merdeka milik Mendikbudristek Nadiem Makarim.
Risma belakangan memang kerap mengundang kontroversi karena sering kali menunjukkan amarah di depan umum. Belum lama ini ia marah pada seorang pendamping penerima bantuan di Gorontalo. Saat itu dia tak terima disebut telah mencoret data penerima bansos dalam sistem data terpadu DTKS.
"Jadi bukan kita coret ya! Tak tembak kamu ya, tak tembak kamu!" ujar Risma kala itu.
#cnn/bin