HARI ini, Sabtu 17 Oktober 2020, semua masyarakat internasional di manapun berada, termasuk Indonesia memperingati Hari Pemberantasan Kemiskinan (HPK) se-Dunia.
Barangkali, tidak banyak yang tahu bahwa di balik diperingatinya tanggal tersebut sebagai salah satu peringatan internasional, pernah terjadi sebuah peristiwa yang menjadi sorotan dunia.
Pada tanggal 17 Oktober 1987, di mana Joseph Wresinski, aktivis kemiskinan pada masa itu berhasil mengumpulkan lebih dari 100.000 massa sebagai bentuk penghormatan kepada korban kelaparan, kemiskinan, kekerasan, dan ancaman di Human Rights and Liberties Plaza di Trocadero, Paris.
Gerakan yang diusung Joseph Wresinski asal Prancis ini berhasil menarik perhatian PBB, sehingga pada tahun 1992, PBB menetapkan tanggal 17 Oktober sebagai HPK –se-Dunia.
Ditinjau dari segi definisi, ada yang mengartikan kemiskinan adalah keadaan saat ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kemiskinan digambarkan sebagai situasi penduduk yang hanya dapat memenuhi makanan, pakaian dan perumahan yang sangat diperlukan untuk mempertahankan tingkat kehidupan yang minimum. Dengan demikian kemiskinan memiliki makna yang sangat luas.
Berbicara mengenai kemiskinan, masalah ini bisa kita temui di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Sebab di negara ini trend kemiskinan selalu meningkat.
Data Badan Pusat Statistik (BPS), menyebutkan, jumlah penduduk miskin pada Maret 2020 sebesar 26,42 juta orang, meningkat 1,63 juta orang terhadap September 2019 dan meningkat 1,28 juta orang terhadap Maret 2019. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2019 sebesar 6,56 persen, naik menjadi 7,38 persen pada Maret 2020.
Mengapa masalah kemiskinan selalu melilit bangsa Indonesia? Fakta yang menjadi penyebab kemiskinan semakin merajalela adalah tidak semua masyarakan mendapatkan kesempatan kerja, baik di instansi pemerintah (pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota), juga sulit mendapatkan akses untuk kerja di BUMN-BUMD, serta sektor swasta, terlebih di masa ekonomi sulit pada masa pandemi Covid-19. Selain itu juga terbatas mendapatkan modal usaha atau modal kerja dari lembaga pembiayaan.
Permasalahan-permasalahan yang kita paparkan di atas tidak akan pernah terselesaikan jika hanya mengandalkan pemerintah. Program guna menekan angka kemiskinan yang ditargetkan pada tahun 2020 sampai di angka 9 (sembilan) persen tak akan tercapai tanpa sinergi antara pemerintah, swasta dan elemen masyarakat lainnya.
Melalui momen HPK se-Dunia, kita mengajak seluruh elemen masyarakat, untuk mengambil peran dalam mengentaskan kemiskinan. Apakah pengusaha, para pengambil kebijakan (stake-holders), serta masyarakat yang akan membangun lapangan kerja, termasuk Perguruan Tinggi yang memberikan kemudahan bagi mahasiswa dari keluarga miskin mendapatkan beasiswa.
Kita harus menyadari bahwa bahwa ketimpangan sosial-ekonomi merupakan sebuah tantangan bagi kita semua untuk meminamilisir, bahkan menghilangkan ketimpangan yang ada.
Jadi, peringatan HPK se-Dunia bukan sebuah kewajiban, tapi yang lebih penting adalah bagaimana dapat menorehkan aksi yang bermanfaat buat masyarakat banyak untuk tujuan mulia mengatasi kemiskinan.
#Tajuk Rencana koran harian umum Singgalang, Padang, edisi Sabtu 17 Oktober 2020