Oleh: Heru Patria
Lalat-lalat berdansa riang
Rubung tong sampah tempat aspirasi terbuang
Pejabat yang alergi terhadap kritikan
Tanggapi issu sebagai bentuk rong-rongan
Bagi mereka kritik hanyalah bualan
Bentuk omong kosong yang pantas diabaikan
Bagi mereka aspirasi adalah suara basi
Yang harus ditimbun dengan setumpuk ambisi
Di sini, di tanah kelahiran sendiri
Rakyat terjajah oleh pengemban birokrasi
Suara rakyat berharga hanya ketika
pesta demokrasi digelar para penguasa
Lalat -lalat bernyanyi trilili ...
Saksikan rakyat terbenam bangkai konstitusi
Harapan yang dititip lewat kantong bersafari
Tak tersampaikan karena waktu sidang malah bermimpi
Lalat-lalat bernyanyi tralala ...
Menginjak harkat martabat orang susah
Usah berharap kemakmuran bakal tercipta
Sebab gedung Senayan tak jauh beda dengan tong sampah!
Penderitaan rakyat jadi semacam kurap
Yang pantas dijauhi, tak perlu dianggap
Penderitaan rakyat tak sering dianggap borok
Yang harus dipendam agar tak terlihat jorok
Lalat-lalat membuat penguasa lupa
bahwa yang jadi borok sejatinya adalah mereka
Tindak korupsi yang tiada pernah henti
Ciptakan borok bernanah di muka Pertiwi
Lalat-lalat tak akan berhenti terbang
Jika borok korupsi masih terus terulang
Dalam genangan nanah, rakyat berendam
Mengakrapi kebobrokan yang tinggalkan dendam
Tunggu, tunggu saatnya rakyat jadi tabib
Singkirkan borok negeri dengan cara ajaib
Sebab pipa demokrasi yang terlalu lama tersumbat
Pasti akan terbuka, menghancurkan sekat
Mari, mari berantas borok di tubuh Pertiwi
Dengan amalkan Pancasila secara murni..
Blitar, 8 Oktober 2019
Salam Literasi Indonesia!