JAKARTA -- Perkembangan teknologi informasi kini menjadi kunci pemenuhan kebutuhan masyarakat saat ini. Namun, selalu ada tantangan bagi yang menerima maupun yang menyampaikan informasi melalui teknologi tersebut.
Ketua Dewan Pers Periode 2019-2022, Muhammad Nuh mengibaratkan informasi seperti oksigen. “Setiap orang tentu membutuhkan oksigen untuk bernafas. Namun, setiap orang mendapatkan oksigen dengan cara yang berbeda-beda,” ungkapnya melalui Program Tok Tok Kominfo Kepoin Dewan Pers, di Gedung Dewan Pers, Kebon Sirih, Jakarta, Selasa (25/6/2019).
Menurut Nuh, layaknya oksigen saat ini setiap orang pasti membutuhkan. Meskipun demikian, Ketua Dewan Pers menekankan persoalan bagaimana menerima informasi.
“Intinya kita itu butuh informasi, esensinya itu. Oleh karena itu, sering saya istilahkan informasi itu ibaratnya oksigen, semua orang butuh oksigen. Tinggal bagaimana persoalannya, gimana saya bisa dapat oksigen itu,” kata M Nuh.
Mantan Mendikbud itu kembali mencontohkan, informasi ibarat oksigen itu harus yang murni. Artinya, oksigen yang murni dan tidak terkontaminasi. Jika ada oksigen yang terkontaminasi, maka setiap orang bisa memfilter atau memilah dan memilih.
“Jadi ilustrasinya seperti itu. Oleh karena itu, kita sekarang sudah masuk pada era masyarakat yang berbasis informasi dan pengetahuan. Maka, mau tidak mau, yang namanya informasi itu jadi ruh nya,” jelasnya
Menurut M Nuh, jika setiap orang meletakkan informasi sebagai ruh dalam pribadi masing-masing, maka informasi yang dikatakan baik, haruslah berbasis pada data.
“Semuanya (informasi) harus basisnya data. Dari data ini kalau diolah jadi informasi, (dari) informasi ini kalau dicari keterkaitan antara informasi yang satu dengan informasi yang lain, nanti jadinya knowledge (pengetahuan),” tegasnya.
Melalai penjabaran esensi informasi berbasis data, kemudian menghasilkan pengetahuan, M. Nuh menyatakan, informasi tersebut akan berkembang menjadi wisdom (kebijaksanaan).
“Kalau kita cari keterkaitan dengan perkembangan masyarakat di era sekarang ini, maka motornya itu ilmu pengetahuan, kreatifitas dan inovasi. Karena untuk kreatif itu harus punya imajinasi,” tuturnya.
(rel/ede)